Wednesday, December 28, 2011

Jozef Cleber dan lagu Indonesia Raya

Jozef Cleber atau juga sering hanya ditulis Jos Cleber (lahir di Maastricht, 2 Juni 1916 – meninggal di Hilversum, Belanda, 21 Mei 1999 pada umur 82 tahun) adalah musisi (konduktor) berkebangsaan Belanda yang datang tahun 1949 di Indonesia atas kerjasama Pemerintah Belanda dan Indonesia dalam rangka mengembangkan musik di Indonesia.
Ia adalah anak bungsu dari delapan anak Gerardus Josephus Cleber, seorang pemain orgel dan konduktor paduan suara, ibunya Anna Maria Bastian. Ia dilahirkan sebagai keluarga Katolik. Pada tahun 1939 ia kawin dengan Elisa Magdelijns (1917-2007), mempunyai seorang anak perempuan (Yvonne Charlotte). Namun tahun 1951 kemudian bercerai dan kawin lagi tahun 1951 itu juga di Jakarta dengan Johanna Dirkje de Bruijn (lahir 1923) yang bertemu di Radio Batavia ( RRI Jakarta) dan mempunyai seorang anak perempuan juga (Karian).
Ia mempunyai bakat musik yang luar biasa, dan belajar musik dari ayahnya. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama, ia masuk Sekolah Musik Atas (muzieklyceum), dan melanjutkan belajar biola dan piano pada konservatorium di kota Luik (Belgia). Ia juga belajar musik jazz, dan pengagum Duke Elington, dan disarankan belajar saxophone dan klarinet, namun trombone adalah alat musik pilihannya (yang katanya mouthpiece trombone sesuai dengan bibirnya). Pada usia 15 tahun (1931) ia sudah bermain pada Maastrichtsch Stedelijk Orkest (orkes kota) sebagai pemain biola alto. Kemudian ia bermain pada orkes Paul Godwin, dan kemudian pada waktu dinas militer tahun 1939 main di Tonhalle Orchester Zürich. Setelah usai Perang Dunia II ia kembali ke Belanda dan bekerja sebagai pemain trombone dan biola di 'Tuschinski-Theater' di bawah pimpinan musikus Max Tak, kemudian atas bantuan musikus ini ia bekerja sebagai trombonis pada Orkes Pop AVRO pimpinan Elzard Kuhlman (AVRO = Algemeene Vereeniging Radio Omroep / Radio Penyiaran Negeri Belanda). Kemudian tahun 1942 ia bekerja sebagai trombonis pada Concertgebouw-Orkest (sebuah orkes besar di Gedung Konser Amsterdam yang terkenal hingga kini). Selain itu ia juga belajar dirigen, ilmu harmoni dan kontrapun dari komponis Kees van Baaren di Amsterdam. Kemudian ia bertemu dengan Theo Uden Masman, seorang pimpinan orkes dansa di Hilversum. Tidak lama kemudian ia bergabung di Orkes Metropolitan pimpinan Dolf van Linden sebagai pemain trombone dan aransir antara 1945-1948. Juga dia bergabung pada band Selecta dan Decca Swing Combo.
Pada bulan Juni 1948 ia berangkat ke Indonsia. Setelah itu kembali tahun 1952 ke Belanda, pada tahun 1962 ia beserta istri (Joke) dan anaknya (Karian) ke Afrika Selatan. Namun tahun 1964 ia kembali lagi ke Belanda (Hilversum). Tahun 1981 ia pensiun (usia 65 tahun), dan tutup usia di Hilversum tahun 1999 (pada usia 83 tahun).
Pada tahun 1948 Pemerintah Belanda mengirim sebuah Orkes Philharmoni pimpinan Yvon Baarspul yang datang dari Negeri Belanda sekitar 46 orang, namun kemudian tahun 1952 ditolak agar kembali ke Belanda. Sebagian dari para musisi ini (yang kemudian menetap di Yogyakarta) merupakan cikal bakal pendidik musisi di Indonesia sejak tahun 1952 dengan berdirinya Sekolah Musik Indonesia (SMIND), dan tahun 1961 berubah menjadi Akademi Musik Indonesia (AMI) di Yogyakarta, yang kini bernama Institut Seni Indonesia (ISI) sejak 1984.
Kemudian Jos Cleber seorang pemusik pop klasik seperti Mantovani, bekerja sebagai pemimpin Orkes Cosmpolitan di Jakarta, karena pemainnya terdiri atas berbagai ras (kosmospolitan). Para pemain itu ada yang dari Rusia (Nicolai Varvolomeyeff), Hongaria (George Setet, Henry Tordasi), Filipina (Pablo, Sambayon), Indonesia (Sardi, Ismail Mz., Iskandar). Selama di Indonesia ia banyak memperhatikan seni gamelan.
Indonesia Raya versi Symphony garapan Jos Cleber terkait saat ada usaha perbaruan aransemen lagu kebangsaan ini. M Jusuf Ronodipuro, yang ketika itu menjadi Kepala RRI Studio Jakarta, tahun 1950 meminta agar Jos Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) membuat aransemen Indonesia Raya, karena telah berhasil menggarap aransemen berbagai lagu Indonesia, antara lain Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dan Rangkaian Melati.
Jusuf Ronodipuro menjelaskan tentang Indonesia Raya, bagaimana lagu tersebut lahir dan diciptakan, serta menjelaskan makna lagu itu. Cleber berkomentar bahwa dia menangkap nuansa Marseillasse (lagu kebangsaan Perancis) dalam Indonesia Raya. Gubahan Jos Cleber itu direkam di RRI Studio Jakarta pada awal tahun 1951 dengan melibatkan semua pemusik dari orkes cosmopolitan tersebut, direkam dengan tape recorder Philips yang baru dimiliki RRI pada waktu itu. Kemudian tahun 1997 direkam ulang dengan tehnik digital di Australia oleh Victoria Philharmony pimpinan Adie MS. Komentar Bung Karno atas aransemen Jos CleberJusuf Ronodipuro kemudian mengajak Jos Cleber menghadap Presiden Soekarno ke Istana Merdeka untuk memperdengarkan hasil rekaman itu. Bung Karno langsung mengkritik gubahan Cleber. Menurut Jusuf, Bung Karno berkata, "Indonesia Raya itu seperti Bendera Merah Putih kita. Tidak perlu diberi renda-renda lagi." (Tulisan sumber dari Wikipedia. Foto, sumbangan Bapak Tossi)).



Sunday, December 25, 2011

Hasil Tes DNA Tan Malaka Diumumkan Januari 2012


 


 




TempoSen, 19 Des 2011
TEMPO.CO, Yogyakarta- Pengarang buku ‘Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia’, Harry A. Poeze, mengatakan hasil tes DNA terhadap sisa-sisa kerangka manusia yang diduga kuat adalah bekas tubuh Tan Malaka akan keluar pada Januari 2012. Menurut keponakan Tan Malaka, Zulfikar Kamarudin, hasil tes DNA kedua dari laboratorium di Korea rencananya diumumkan ke publik pada bulan itu juga. »Setahun lebih saya menunggu-nunggu hasilnya. Saya di Indonesia hingga 20 hari mendatang juga untuk melihat pengumumannya ke publik,” kata Poeze seusai menjadi pembicara dalam bedah buku terbarunya ‘Madiun 1948, PKI Bergerak’ di sekretariat Institute Research for Empowerment (IRE) Yogyakarta pada Senin 19 Desember 2011.Hasil tes DNA itu, kata Harry, akan memastikan teka-teki lokasi eksekusi Tan Malaka dan menjadi bukti kuat tesisnya yang menduga pengarang buku Madilog itu dikuburkan di pemakaman sekitar Desa Selopanggung, Kediri.Sebelumnya, pada akhir 2009 lampau, hasil uji tes DNA yang dilakukan oleh tim dokter dari Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia hanya menemukan 9 kecocokan dari 14 unsur yang semestinya positif sesuai dengan DNA keluarga Tan. »Memang sangat susah, isi makamnya hanya sisa-sisa kerangka, mirip debu. Hanya terlihat ada debu membentuk posisi manusia terlentang dengan tangan terikat ke belakang,” terang Poeze. Harry mengaku memiliki kesan khusus terhadap sejarah revolusi di Indonesia. Di sejarah revolusi Indonesia, dia menemukan kiprah generasi paling idealis dari bangsa Indonesia modern awal saat itu.»Semua tokoh pendiri bangsa ini adalah orang idealis. Tan, Soekarno, Hatta, Muso, dan lainnya selalu tegas memilih prinsip politik, kalah atau menang tak masalah,” kata Poeze. Dia mencontohkan dalam buku terbarunya, ada cerita ketegaran seorang Amir Syarifudin saat dieksekusi oleh pasukan Siliwangi bersama 10 petinggi Partai Komunis Indonesia pada 1948. »Sebelum ditembak dia menyeru ‘hidup kaum buruh, aku mati untukmu’,” ungkap Poeze. Menurutnya, semangat idealis tokoh-tokoh revolusi kemerdekaan ini pantas menjadi teladan bagi generasi bangsa Indonesia belakangan. Karena itu, ia beranggapan, sebaiknya penulisan sejarah revolusi Indonesia, yang selama ini lebih banyak melibatkan indonesianis asing, mulai diambil alih oleh peneliti Indonesia sendiri.»Sayangnya, banyak peneliti sini (Indonesia) tak menguasai banyak bahasa, jadi sulit teliti dokumen yang berbahasa Belanda, Jerman, Rusia dan lainnya. Apalagi, dana riset minim,” keluhnya. ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Foto: Tan Malaka, Soekarni dan Nyonya Mangunsarkoro, Purwokerto awal 1946.


Thursday, December 22, 2011

Republik Indonesia Serikat hasil perjuangan diplomasi

Republik Indonesia Serikat (RIS) yang muncul sebagai hasil perundingan Indonesia Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) serta pada tanggal 27 Desember 1949 telah terjadi penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah RIS, merupakan hasil perjuangan diplomasi bangsa Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno. Lihatlah dalam tayangan pendek dari AVEX video production ini.....

Wednesday, December 14, 2011

Romusha di Biak


Coba bayangkan tahun 1943-1944 anda dijanjikan Jepang untuk sekolah ke Tokyo. Tapi ternyata dijadikan Romusha di Indonesia Timur. Badan tinggal pembalut tulang, sebagian besar meninggal dunia. Tahun 1945 dibebaskan pasukan Belanda dibawah pemerintahan NICA. Sebuah sudut pandang yang sedikit berbeda, bukan citra Hero tapi lebih pada Humanisme

Tuesday, December 13, 2011

8 orang Stovians

8 orang Stovians yang terkenal itu. Duduk dari ki-ka, Goenawan Mangoenkoesoemo, Latoemeten, Mohamad Arsjad, Angka Diprodjosoedirdjo. Berdiri dari ki-ka, Mohamad Saleh, Soesilo, Soetomo dan Goembrek.

Friday, December 9, 2011

Permintaan maaf Duta Besar Belanda di Indonesia

Tadi pagi tanggal 9 Desember 2011 bertempat didesa Balongsari, tepatnya pada monumen Rawagede dan taman makam pahlawan  Rawagede  diadakan upacara memperingati 64 tahun peristiwa Rawagede 9 Desember 1947. Hadir sejumlah tokoh yang mendapat undangan dan wartawan dalam dan luar negeri. Yang penting acara ini juga dihadiri oleh Duta Besar Belanda di Indonesia Tjeerd de Zwaan dan pengacara  korban Rawagede Liesbeth Zegvel. Dalam kesempatan ini Duta Besar Belanda itu telah minta maaf.

Monday, November 28, 2011

PERSEKIN KOngres 1

Dari tanggal 25-27 Nobember 2011 berlangsung Kongres Sejarah Kedokteran Indonesia yang pertama. Kongres ini berlangsung di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Dihadiri anggota PERSEKIN dari Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, Bandung, Solo, Palangkaraya, Medan dan lain-lain. Mereka berasal dari disiplin ilmu Kedokteran, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Psikologi dan masyarakat umum.

Sunday, November 20, 2011

Festival Tanjung Priok Menarik, Sayang Kurang Promosi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Minggu, 20 November 2011 23:30 WIB
Festival Tanjungpriok 2011 diselenggarakan Pemerintah DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia. Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya DKI Jakarta Arie Budhiman, Ahad mengatakan, festival itu sebagai salah satu sarana promosi wisata kota dengan kereta api kepada masyarakat. Selain sebagai alat promosi wisata kota dengan kereta api, acara ini juga digelar untuk memperkenalkan salah satu titik dari 12 titik jalur destinasi wisata pesisir yang dicanangkan Wali Kota Jakarta Utara, yakni bangunan cagar budaya Stasiun KA Tanjung Priok. Festival dimulai dengan perjalanan delapan gerbong KA khusus wanita yang berangkat dari Stasiun KA Gambir menuju Stasiun KA Tanjung Priok. Setiap gerbong akan diisi oleh komunitas Tour Leader Cendrawasih, tim sepeda, Sekolah Yayasan Tuna Jakasampurna, Komunitas Jelajah Budaya, Mahasiswa Fakultas Seni Rupa IKJ, ASITA, Pramuka Museum Bahari, Komunitas Edan Sepur dan masyarakat umum lainnya. Lebih kurang 550 orang diikutsertakan pada kegiatan tersebut. "Kami ingin dengan festival ini, semakin banyak orang sadar bahwa di kota Jakarta ada wisata kota dengan KA. Ini merupakan wisata yang menarik," ujarnya. Sementara itu, menurut Ketua Asosisasi Pariwisata DKI Jakarta Erna Danu Ningrat dengan rencana tambahan periwisata KA, diharapkan dapat meningkatkan pariwisata yang datang ke Jakarta Utara. "Kita ingin warga Jakarta, tidak susah-susah dengan adanya stasiun KA pariwisata. Mau ke Tanjungpriok, dengan hanya naik bus," ujarnya yang menambahkan bahwa di DKI Jakarta ada 68 mal yang menjadi unggulan pariwisata.
Menurut Eko (37), warga Kampung Bahari, Tanjungpriok, Jakarta Utara, sepinya pengunjung disebabkan warga sekitar Stasiun Tanjungpriok, tidak mengetahui adanya festival. Selain itu juga, Festival Kereta Api yang mempromosikan 12 jalur destinasi pesisir Jakarta Utara, yang mempromosikan apa yang menjadi kebanggaan Jakarta Utara, kurang sosialisasi. "Saya lihat ini, hanya ada stand penjualan makanan saja dan lukisan. Bukan tentang 12 destinasi pesisir dan produk unggulan Jakarta Utara seperti sirup mangrove yang menjadi kebanggaan walikota Jakarta Utara," katanya.
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: Antara



Monday, November 14, 2011

Asal Mula Kota Wonogiri

Pada zaman Kerajaan Demak ada seorang pertapa sakti bernama Ki Kesdik Wacana. Dia tinggal menyendiri di salah satu gua yang termasuk dalam jajaran Pegunungan Seribu. Pegunungan ini dikelilingi hutan yang  penuh dengan pepohonan lebat dan alam yang indah. Tidak heran jika penguasa Demak pada waktu itu menjadikan sebagai hutan wisata raja dan tempat perburuan binatang.

Pada waktu-waktu tertentu, datanglah rombongan raja dengan pengiring dan senopatinya. Mereka berburu binatang, terutama Rusa. Sebagian hasil dari perburuan itu ada yang dihabiskan di tempat dan sebagian lagi biasanya dibawa kembali ke istana. Bekas tempat pesta pora itu pada akhirnya menjadi sebuah desa yang sekarang dinamakan Desa Senang, yang berarti tempat untuk bersenang-senang. Sampai sekarang desa itu masih ada.

Pada suatu ketika Raja Demak mengirimkan seorang utusan bernama Raden Panji untuk menemui pertapa Ki Kesdik Wacana. Melalui utusannya, Raja meminta kepada Ki Kesdik Wacana untuk membawa beberapa ekor rusa untuk dijadikan sebagai binatang peliharaan di Istananya. Ki Kesdik Wacana menyanggupi permintaan Raja.

Dengan kesaktiannya Ki Kesdik Wacana memasukkan rusa-rusa itu dalam bumbung, rongga pada ruas pohon bambu petung dan kemudian disumbat. Bumbung tersebut kemudian diserahkan kepada Raden Panji disertai dengan pesan khusus.

"Raden Panji, bumbung ini berisi rusa-rusa yang dikehendaki oleh sang Prabu. Sengaja aku masukkan ke dalam bumbung ini supaya Raden Panji mudah membawanya. Lagi pula perjalanan dari sini ke Keraton cukup jauh. Namu ingat pesanku, jangan coba-coba sekalipun membuka isi dari bumbung tersebut sampai bumbung tersebut telah ada di hadapan Raja."

"Terima kasih bapak pertapa, saya akan selalu ingat pesan itu" kata Raden Panji dengan penuh hormat.

Dalam perjalanan pulang kembali ke Demak, pikiran Raden Panji dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan yang tidak bisa terjawab oleh Raden Panji sendiri. Menurut dia tidaklah masuk akal rusa-rusa yang diminta oleh sang Prabu dimasukkan ke bumbung ini. Ini sangat tidak logis.

Meskipun begitu, Raden Panji tetap ingat pesan Ki Kesdik Wacana untuk tidak membuka bumbung itu sampai di hadapan Raja. Raden Panji pun akhirnya membatalkan keinginannya untuk membuka bumbung tersebut.

Dalam perjalanan pulang, karena lelah Raden Panji singgah sebentar di sebuah hutan jati yang lebat. Saat melepas lelah, pandangan Raden Panji terus memandang bumbung tersebut dengan perasaan heran. Karena terus memandang bumbung tersebut, akhirnya Raden Panji membuka bumbung tersebut untuk mengetahui isinya.

Namun ketika sumbat bumbung dibuka, Raden Panji kaget bukan kepalang melihat kejadian aneh. Dalam keadaaan yang masih terbengong, tiba-tiba dari bumbung tersebut keluar hewan kecil yang makin lama makin membesar. Ternyata hewan-hewan itu adalah rusa-rusa yang berjumlah 16 ekor atau 8 pasang. Dan kesemuanya dengan cepat segera masuk ke hutan kembali.

Raden Panji yang segera sadar dari kekagetannya itu, langsung  segera berlari cepat ke hutan untuk mengejar rusa-rusa itu sampai kopiahnya jatuh ke tanah. Namun beliau tidak menghiraukan kejadian tersebut. Walau usahanya untuk mengejar rusa-rusa itu sia-sia.


Bukan main sedih dan menyesal hati Raden Panji akibat kecerobohannya itu. Raden Panji hanya bisa jatuh tertunduk malu dan lesu. Tidak tahu apa yang harus diperbuatnya. Mau balik ke Demak takut terken murka Raja. Mau kembali tempat pertapaan Ki Kesdik Wacana takut terkena makian.


Untunglah Ki Kesdik Wacana yang sakti dapat segera mengetahui peristiwa itu. Oleh karena itu Ki Kesdik segera menyusulnya. Dalam perjalanan menyusul Raden Panji, Ki Kesdik sempat menemukan kopiah Raden Panji yang terjatuh. Pertapa sakti itu pun berkata, wahai bumi dan langit saksikanlah bahwa tempat ini sejak saat ini aku beri nama Wana Kethu. Jadilah tempat itu sampai sekarang bernama Wana Kethu. 'Wana' berarti hutan dan 'Kethu' artinya kopiah.

Tidak berapa lama Ki Kesdik Wacana segera menemukan tempat Raden Panji. Melihat kehadiran Ki Kesdik Wacana, Raden Panji pun sangat kaget.

"Mohon ampun bapak, hamba telah berbuat lancang membuka sumbat bumbung itu dan mengakibatkan hewan-hewan yang ada di dalam bumbung itu keluar semua. Sekarang hamba pasrah menerima hukuman dari bapak pertapa" kata Raden Panji bersedih.

Mendengar pengakuan Raden Panji, sang pertapa merasa kasihan tetapi yang bersalah tetap harus menerima hukuman.

"Raden Panji, ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu adalah utusan raja yang telah diberi amanat. Sayang sekali kamu tidak dapat melaksanakan amanat itu. Oleh karena itu kamu tetap mendapat hukuman. Mulai sekarang, janganlah kamu berwujud manusia, tetapi jadilah kamu seekor  Rusa Wulung penunggu hutan jati ini" kata Bapak Pertapa

Begitu selesai ucapan bapak pertapa itu, seketiak tiba-tiba dunia menjadi gelap gulita dan di langit terdengar suara petir menyambar-nyambar. Semua seakan menjadi saksi atas segala ucapan bapak pertapa.

Memang benar keadaanya. Secara mendadak Raden Panji yang asalnya manusia berubah menjadi rusa jantan yang sangat gagah dengan bulu wulungnya. Raden Panji yang sudah berubah menjadi rusa itu menangis dan bersimpuh di hadapan pertapa sakti tersebut.

"Hukuman ini terlampau berat bagi Hamba, Bapak. Mohon bapak sudi mencabutnya," ratap rusa wulung penjelmaan Raden Panji.

Namun penyeselana tinggal penyesalan, Raden Panji harus mengalami kehidupan baru sebagai pemimpin pasangan rusa yang dahulu dilepasnya di Wana Kethu.

Sesudah peristiwa di Wana Kethu itu, Ki Kesdik Wacana naik ke atas bukit kecil tak jauh dari situ. Sesampai di puncak bukit itu, ia berhenti sesaat untuk mengagumi keindahahan alam di bawahnya.

"Bukit ini begitu indah. Besok kalau ada keadaan zama sudah ramai, bukit ini aku namai dengan Gunung Giri. sedangkan sungai yang mengalir dibawahnya aku namakan Sungai Wahyu. Sekarang nama sungai ini adalah Bengawan Solo." kata Ki Kesdik Wacana

Pada suatu ketika dalam kesempatan yang lain, Sunan Giri dalam pengembaraanya sampai di tempat yang dahulu dikunjungi Ki Kesdik Wacana. Sama dengan Ki Kesdik Wacana, Sunan Giri juga mengagumi keindahan alam hutan yang sangat luas dengan alamnya yang berbukit-bukit. Sunan Giri pun berkata "Besok kalau ada keramaian zaman, tempat ini aku namai Wonogiri".


Wono atau Wana berarti 'hutan', sedangkan Giri berarti 'Gunung'. Demikianlah tempat yang berhutan lebat dan bergunung-gunung itu sampai sekarang bernama Wonogiri yang terletak di Propinsi Jawa Tengah.

Thursday, November 10, 2011

Pahlawan Nasional 2011

Siang tadi tanggal 10 November 2011 bertempat di Istana negara Presiden SBY telah menyematkan gelar Pahlawan Nasional kepada 7 tokoh, yaitu Sjafroedin Prawiranegara, Idham Chalid, HAMKA, Sarmidi Mangunsarkoro, Ketut Pudja, Pakubuwono ke X dan Kasimo


Sunday, October 30, 2011

Pengakuan tentara Belanda soal Rawagede

Memang sulit bagi Veteran Belanda yang melakukan tindakan kriminal perang di Rawagede tanggal 9 Desember 1947, mengaku apa yang dilakukannya. Lalu kepergian mereka ke Hindia tahun 1946-1949 bukannya atas perintah pemerintah Belanda saat itu ?. Makanya yang bertanggung jawab adalah pemerintah Belanda. Karena tuntutannya baru muncul sekarang, otomatis pemerintah Belanda yang sekaranglah yang bertanggung jawab.

Jujur Mulai Hari Ini


Bertempat di gedung Museum Kebangkitan Nasional jalan Abdurachman Saleh Jakarta, Paguyuban Keluarga Besar Pendiri Boedi Oetomo pada hari Minggu 30 Oktober 2011 mengadakan acara peringatan "Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928). Acara Paguyuban yang dipimpin Ir Wargono ini mengambil thema 'Jujur Mulai Hari Ini" . Acara cukup ramai dan dihadiri beberapa orang terkenal seperti Jenderal Indrianrtono Sutarto dan sosioloog Imam Prasodjo (lihat foto)

Tuesday, October 25, 2011

Mantan Duta Besar Belanda Van Dam

Masih ingat Duta Besar Belanda di Indonesia, Van Dam ? Dia bicara soal pembunuhan masal Rawagede.

Saturday, October 22, 2011

Ibu Irna Hadi Soewito: Pengibar Bendera Proklamasi adalah Latief dan Soehoed

Seorang sejarawan wanita terkenal yang banyak menulis buku yaitu Ibu Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito juga hadir pada acara peluncuran dan bedah buku tanggal 15 Oktober 2011, "Latief Hendraningrat Sang Pengibar bendera Pusaka 17 Agustus 1945" yang di tulis oleh Dr Nidjo Sandjojo. Buku yang ditulis Ibu Irna misalnya "Rapat Raksasa Ikada 19 September 1945, Chaerul saleh, BAPERPI, Pertempuran Surabaya (3 jilid), Sejarah AURI dll". Ibu Irna yang adalah sahabat dekat dari Ibu SK Trimurti juga bercerita wanita ketiga dalam foto pengibaran bendera 17 Agustus 1945 yang di produksi Frans Mendur. Di foto itu yang terlihat dari belakang adalah Ibu Fatmawati, Ibu Trimurti dan Ibu Mudjinah. Ibu Mudjinah almarhum (terakhir sebagai guru dan tinggal di Bogor) adalah aktifis pejuang wanita dalam revolusi Indonesia. Mengapa tidak banyak yang menulis ya ? Dalam foto diatas tampak Ibu Irna sedang memaparkan penuh keyakinan soal peristiwa Proklamasi, sehingga sangat jelas bahwa pengibar bendera Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah Latief Hendraningrat dan Soehoed

Politikus dan Historicus Lambert Giebels telah tiada

Politikus dan sejarawan Lambert Giebels telah tiada. Pada hari kemis tanggal 13 Oktober 2011 penulis biografi Soekarno (dalam 2 jilid dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia) Lambert Giebels, menghembuskan nafas terakhirnya dalam usiah 76 tahun. Buku biografi Soekarno ini amat dikenal masyarakat Indonesia yang juga sebagai perimbangan buku-buku Soekarno lainnya. Selain buku Soekarno dia juga  menulis biografi Louis Beel mantan Perdana Menteri Belanda. Buku ini merupakan penelitiannya untuk disertasi S3 bidang sejarah pada tahun 1995. Disamping itu buku lain yang ditulisnya adalah de Greet Hofmans-affaire. Saya bertemu dengan Giebels beberapa kali saat kunjungannya ke Indonesia pada tahun 90-an dan setelah tahun 2000. Dalam kunjungan yang terakhir, dia bercerita kalau ditolak keluarga Soekarno saat berniat mengunjungi salah satu anak Presiden Indonesia yang pertama tersebut.

Wednesday, October 19, 2011

History of World War II (1939-1945)

History of World War II (1939-1945)


Muhammad Aulia Iskandar Muda (Historical Observer)

World War II is the big war after World War I have finished. This war occurs about six years(1939-1945). In this war , There are two blocks. Axis Block and Allies Block. The Axis Block consist of three countries only, Germany, Italy and Japan(1940). In the Allies Block consist of, U.S.A, United Kingdom, France,Australy, New Zealand, South Africa and Russia(1941).

World War II happens because many factors and maybe German will revenge as a result in World War II as a losers. Under the Nazi forces and their leaders, Adolf Hitler. He said to all people in Germany, He will take over all countries in the world. But I have other opinion why Germany want to start the World War II:

a. Versailles Agreement, has harmed Germany, such as :
    a) the region of  Germany, Rhineland, has taken over by United Kingdom and this city is forbidden for the
    Germany's Army to enter the city. In the World War II, the Germany's Army sucessfully enter this city and
    has repelled the Allies's Army.
    b) German must pay the fare wars during the World War I
b. German will merge the German-speaking region consist of, Poland,Austria and so on.
c. The Ambiton of Germany leaders, Adolf Hitler will take over many countries in the world. I think it is the impossible mission.

Beginning of War   
1. Danzig, 1939,September, 1 st
I will explain you about the first battle in World War II. This attack cause United Kingdom and France declare the war to the German. But Before Attack the Danzig, Poland, Germany with Russia has signed Molotov-Ribbentrop Pact on 1939, August 24 th. The Result of this Pact is Germany and Russia will take over the Poland region which German will take over the West Poland and Russia will take over the East Poland. Also Germany and Russia won't attack each other. United Kingdom and France very shocked about this Pact. And this war has finished on 1939,October 6 th after all region of Poland has controlled by Germany, Russia and Slovakia contingent. And the goverment of Poland has evacuated to the Rumany. But They never say "surrender" to the Germany or Russia. Then, They join to the Allies Block to fight against Axis Block and take over again their country.

Although United Kingdom and  France has declared the war to the Germany after Germany has attacked Poland, The counter attack to the Germany is very little. And many fighter of Poland has caughted by Germany's Army and Russia's Army. Then, they will all be killed. Usually They has killed by Germany's Army or Russia's Army in the jungle. One of the junggle is Katyn Jungle. Until Now, International Courts still investigate who have killed the Poland's Army in it. Germany and Russia only mutual recriminations.

On this time Norwegy, Switzerland, Finlandy, Netherlands, Belgium and so on has declared as  neutral. After this war, the Germany's Leader, Adolf Hitler want to invade the west region. But, many the generals has rejected this decision. They think this decision is very crazy because they will face-to-face with Allies Block such as France and United Kingdom. But Hitler say"My decison can't be revoked. And finally The Germany's Generals has followed the instructions from the Adolf Hitler. But, Adolf Hitler almost killed by bomb when he is presenting the dialog to discuss about the attack the west region. And Adolf Hitler still life.

France and Nederland. Russia also attack his neighbour, Finland on 1939, November 30 th. Although Finland gives a great resstance to the Russian. Finally, Russian can take over this country. Back to Germay, According to the Adolf Hitler's Plan, German will attack Luxembour, Nederland and Belgium to avoid the Maginot Line. And finally managed to break the Allied forces to drive up to the English Channel. Then Germany's Army will attack the France's Army. And the Germany's Army not unstoppable until the France's Army Surrender and The British's Army back to their country with the Dunkirk area and back to their contry  by pass the English Channel. And in the France, Germany has decided to divide France. North France and South France. North France is controlled by Germany and the South France is controlled by the puppet goverment based in Vichy town.

In Russia's Army,on June 1940, will start to enter the Lithuany,Latvy and Rumany. Germany's army will start to launch "Sea Lion Operation" to take control of the sky of United Kingdom. But This operation meet the failure and the Germany's Army has failled to invade the mainland of United Kingdom. And as a counter attack the British's Army has atacked the Germany's city such as Munich and Bremen. And finally the pilot of the Spitfire and Huricane can rest.

On 1940,September, 27 th Italy and Japan has joined with Germany to help it in the World War II. Then, Italy  invaded  Greece from Albany but can detained by Greece's Army and the Greece's Army has counter attacked the Italy's Army. Hitler, the Germany's leader has decided to help Italy with send the soldier to the Albany to help Italy's Army. Nazi's Army also assisted by Croatia and Bosnia but Nazi's Army get the great ressitance from the Serbia's Army led by Josep Broz Tito.

In the Asia Pasific, Japan will attack the Pearl Harbour on Night 1941,September, 7 th. But many pilot of Japan has rejected his plan because the condition is very dark and very cold. And Japan's Army attack the Baharu City, Malaysia. In the fact, this decision is very dangerous because the British's Amry maybe will send the signal to the U.S Army to strengthen the defense in the Pearl Harbour. This attack is led by Tomoyuki Yamasitha. After sucessfully invade the Malaysia, He's called "The Tiger of Malaya". But Until The Japan's Army attack the Pearl Harbour on the 1941, September, 7 th, in U.S.A only cool and calm until  know that Japan's Army has attacked the Pearl Harbour in Hawaii. Pearl Harbour is headquarters of leading of U.S Army. The U.S Army is very shocked about this attack. They had no idea that Japan's Army will attack the Pearl Harbour because in the yesterday Japan's Goverment has told to the U.S Goverment that They will neutral in this war. And Finally Japan win this war.

After This War, Japan attack the Philipines, And only some months Japan's Army has controlled this area. In the Singapore Japan also get the win against British's Army. And Now, Japan's Army will go to the Hindia-Nederland. The First area has controlled by Japan is Balikpapan,Tarakan. From the Malaysia and Singapore Japan's Army attack Medan and Palembang. And Finally Japan's Army want to attack Java Island. The Allies Army has gathered in Bandung and began to feel worried. Japan with the quick attack land the soldier in 3 areas, Eretan Wetan(Cirebon,West Java), Merak(Banten) and Surabaya(East Java) led by Hithosi Imamura on 1942. And finally land in Jakarta. From Jakarta the Japan's Army hit the Allies Army in Bogor to Bandung. And from Eretan Wetan to Subang and finally to Bandung. Finally The Allies Army back to Australy. And Ter Poorten take the peaceful measures. And Japan succesfully controlled the Hindia-Nederland.


Back to Situation in Europa which Italy want to take control of Suez Canal. But The British's Army,The India's Army and The Australy's Army has hit the Italy's Army back to their country. And Hitler read the situation and decide to send the Germany's Soldier to the Africa. And finally land in the Libya help the Italy's Army to take control of Egypt, spesific in Suez Canal. Germany's Army led by Erwin Rommel.

On 1941, The British Army and Allies Army has attacked Suriah and Lebanon and sucessfully controlled this country. In Iraq has occured rebellion led by Rashid-Ali Group and is supported by yerusallem large mufti. This People is support the Nazi's Army. The British Army has come the soldier from India so that two person has run to the Europe and meet the Nazi's Leader, Adolf Hitler. They run to the Europe from Turkey. In Africa. Germany's Army has controlled the Tobruk Port.

Battle of El-Alamien I occurs on 1942,July,1 until 1942,July,27. And Battle of El-Alamien II occurs on 1942, October, 23rd until 1942,November,3rd. Montgomery become the commander of Eight Army after replace Claude Auchinleck. In this war Erwin Rommel has backed to Europe for treatment after suffer the jaundice. Mntgomery has know that Rommel has backed to the Europe and He utlize this opportunity. Although the Brtish's Army has suffered many tanks are missing, Montgomery can win this war. And finally Rommel back to Africa only to repatriate the soldier to the Germany for defending the country because western front and eastern front has controlled by Alies Army.

To complete this win, The Allies Army led  by Dwight Einshower. This purpose to control Maroco and Algeria. In Africa Germany's Army has began to trouble the food. Rommel has dropped his army's to the Italy. And finally on 1943, May,13 rd The Allies Army has beated the German's Army and start to attack the Sicilia Island. And attack to Italy. Although the Government Italy has surenndered, but Germany's Army still here and fight to  the Allies Army.

But Finally The Aliies's Army has beated the German's Army again and succesfully controlled the Roma, capital city of Italy on 1944,June 5th. And after control the Roma, the Allies Army will go to the Germany for control the Berlin. So, German has faced three direction eastern front(Russia Attack), western front(Allies Army from U.S.A., France and United Kingdom. and southern front(the allies army from the africa).

Back to Eastern Front, German has launched the "Barbarosa Operation" and Almost to controlled the Moscow. But Germany's Army Lost in Stalingrad against Russian Army. And from Stalingrad, Germany's Army has suffered successive defeats. And Finally The Russian's Army has achieved the frontier line between Poland and Germany countries.

Back to Pacific, Same with the condition of  Germany's Army in the Eastern Front. Since has suffered successive defeats in Pacific against America. The Japan's Army has backed to Philipine. And Back to Japan, their country. And the Japan's Army will launch their secret weapons, Kamikaze. Kamikaze is same with suicide in Afghanisthan Now. But Kamikaze is the pilot with the big bomb and deliberately rammed his plane to the Allies Army Ship. It's useful enough, But After Hiroshima and Nagasaki is detonate by U..S Army. And Finally Japan has surrender to the Allies Army

Back to Western Front in Europe. Before until the frontier line of Germany, the U.S Army led by Dwight Einshower has launched the counter attack and this counter attack called by "D-Day Battles". Altough The Germany's Army has provided the counter attack. But isn't useful for progressing the Allies' Army to attack the Germany and finally controlled the Berlin, the capital city of Germany. And if need, the Allies' Army can catch the Adolf Hitler. And Adolf Hitler will be executed.

Finally Rusia has achieved the Berlin on 1945,May 1st. And Finally too for Adolf Hitler's Life. He has decided to suicided with shot the gun to the head with his wife , Eva Braun. Whereas, Yesterday Eva Braun recently has married with Adolf Hitler. Their has suicided in the bunker and before he want to suicide, he has greeted  troops who are still loyal to him. And he instruct to the troops to fire his body after he has suicided. After Hitler and his wife has suicided, the leader position has changed to Karl Donitz and he announced that Berlin has surrendered to The Allies Army. This happens on 1945,May 2 nd.  The Germany's Army in Nothern Germany, Denmark and Nederland has surrender on 1945,May 4 th.  The little of Germany's Army led by Alfred Jodl in France has surrendered on 1945,May 7 th.


On 1945,May 8 th , The people in The Allies country has celebrated their wins on 1945,May 8 th. But Russian's people has celebrated in their country on 1945, May 9 th. Because Russia and Allies Countries have different politics. And after World War II, There are one war more remarkable than world war II between The Allies Army and Eastern Europe. And Finally The Allies Army is a winner.

Mayor Oetarjo telah tiada


Hari ini Rabu tanggal 19 Oktober 2011 jam 11.45, Mayor (purn) Oetarjo telah tiada. Perwira ini pernah bertugas pada tahun 1945-1947 pada Kantor Penghubung Tentara jalan Cilacap Jakarta. Kemudian sempat pula bergerilya di Sumatera pada sekitar tahun 1948-1949 dengan jabatan Kepala Staf sub.Ter 7 Tapanuli dibawah panglimanya Alex Kawilarang. Dalam pertempuran sengit di sektor 3 dia tertembak dan tertawan. Major Oetarjo rencananya akan dimakamkan di TMP Kalibata tanggal 20 Oktober 2011. Selamat jalan Major, jasamu takkan kami lupakan. Foto atas. pada bulan September 1946 Kapten Oetarjo (tanda X) menerima kedatangan Kolonel M.Simbolon dan Let.Kol Kartawirana di lapangan terbang Kemayoran jakarta. Kedatangan kedua perwira dari Sumatera ini dalam rangka perundingan militer menjelang gencatan senjata Indonesia-Belanda pada bulan Oktober 1946.

Thursday, October 13, 2011

Kabinet baru dibentuk

Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kabinet yang pelantikannya pada tanggal 5 September  1945 ini merupakan kelompok menteri-menteri pertama yang bersifat formal, tidak ada hubungannya dengan partai politik,  dan belum bisa melaksanakan roda pembangunan dan pemerintahan. Nama kabinet pertama ini penuh dengan suasana kekeluargaan dan semangat tinggi. Dinamakan kabinet presidensial karena setelah merdeka, Indonesia menerapkan sistem presidensial di mana presiden berfungsi sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Mungkin seperti sekarang ini, SBY ya presiden, ya perdana menteri. Tampak dari kiri kekanan, Akhmad Soebardjo (men.lu), Amir Sjarifuddin (men.pen), Sukarno, Sartono (men.negara), Hatta, Wiranatakusumah (men.dagri), Mereka sedang memasuki Rumah Proklamasi jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Yang menarik saat itu Amir Sjarifuddin yang baru keluar dari penjara, rupanya tidak punya pakaian yang pantas. Dikanakannya jas dan kemeja, tapi dibawah pakai celana pendek dan sendal kulit.  Memang Republik Indonesia dimulai dengan kepemilikan yang sederhana. Seyogyanya semangat penuh kesederhanaan juga menjadi motto saat ini ya ?

Tuesday, October 11, 2011

IPPHOS dan karya besar mereka


Berbicara soal IPPHOS (Indonesian Press Photo Service) tidak akan melupakan dua bersaudara Mendur. Alex dan Frans Mendur mungkin luput dari perhatian sebagian besar rakyat Indonesia. Buku sejarah nasional memang tak memasukkan nama Mendur bersaudara dalam daftar pahlawan proklamasi. Bahkan namanya pun tak pernah disebut-sebut oleh para pengajar kita meski karya foto Mendur bersaudara itu mengisi ilustrasi foto dalam buku sejarah nasional.  Namun tanpa jasa mereka, mungkin kita tak bisa melihat dokumentasi momen paling bersejarah bangsa ini, yaitu proklamasi kemerdekaan.  Bagaimana jika Frans Mendur tak berhasil menyembunyikan negatif foto 6 X 6 nya dari tentara Jepang ? Sudah pasti tak ada dokumentasi resmi bahwa bangsa Indonesia sudah memproklamirkan diri sebangai bangsa yang merdeka. Selayaknya kita berterima kasih pada Mendur bersaudara karena jasanya, dunia tahu bahwa bangsa ini sudah merdeka dari penjajahan bangsa lain. Kakak beradik Mendur adalah dua diantara orang-orang republik ini yang 66 tahun lalu ada di Jl. Pegangsaan Timur 56 Cikini, Jakarta. Mereka disana untuk mengabadikan momen penting negeri ini, proklamasi, sebuah peristiwa yang lama dinantikan bangsa setelah berabad-abad dijajah bangsa lain. Perjuangan Alex dan Frans Mendur menyelamatkan negatif foto tak mudah. Mereka harus berhadapan dengan tentara Jepang yang terkenal beringas. Negatif milik Alex berhasil dirampas lalu dihancurkan oleh tentara Jepang. Bersyukurlah kita, Frans berhasil menyelamatkan negatif fotonya yang diambilnya menggunakan kamera Roleicord. 12 foto negatifnya ini dikuburnya di halaman kantor Asia Raja. Frans rupanya sadar betapa pentingnya dokumentasi itu. Kesadarannya itu membuahkan hasil yaitu pada 20 Februari 1946 Harian Merdeka menerbitkan foto karya Frans. Mendur bersaudara menjadi sangat inspiratif bukan hanya karena karya-karya monumentalnya saja, namun juga dedikasi dan integritasnya sebagai fotografer pada masa itu yang patut dihargai. Frans dan Alex berjuang dengan kamera mereka. Mereka tak hanya memotret untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Kakak beradik Mendur menjadikan karya foto untuk kepentingan bangsa. Mereka memotret setiap momen bersejarah di negeri ini dengan kejujuran, keberanian, ketulusan, dan yang lebih penting adalah tanpa pamrih. Frans pernah menitipkan hasil kerjanya kepada pilot-pilot Filipina sehingga foto-foto bersejarah karyanya tersebar di berbagai media di luar negeri. Lalu apa yang didapatkan Mendur bersaudara atas jasa-jasanya? Tidak banyak. Mereka tak meminta juga dari negeri ini sebuah balas jasa besar. Bahkan menurut berbagai sumber, karya-karya monumental itu tak dirawat dan dibiarkan terbengkalai oleh pemerintah. Sudah saatnya bagi kita untuk lebih menghargai karya Mendur bersaudara, dokumentasi bersejarah yang tak mungkin bisa diulang. Ingat ! Mendur bersaudara tak hidup di era digital, negatif mereka sangat ekslusif. Sumber: http://sejarah.kompasiana.com/2011/08/18/mendur-bersaudara-tokoh-yang-terlupakan/
Foto: Gedung IPPHOS di jalan Hayam Wuruk pada masa lalu yang sudah raib, Foto Proklamasi dalam Harian Merdeka tahun 1946, kedua bersaudara Mendur (Alex dan Frans) dan Bung Karno yang sering jadi incaran kameramen IPPHOS.


Friday, October 7, 2011

Hari-hari sekitar proklamasi


Hari-hari sekitar proklamasi  Sumber: Majalah TEMPO 16 Agustus 1975

Tangal 3 Oktober 1943 oleh penguasa Jepang di Jawa dibentuklah Tentara Pembela Tanah Air PETA). Pasal 1 Maklumat pembentukan PETA itu berbunyi, (aslinya ejaan doeloe). "Mengingat semangat jang berkobar-kobar oentoek memenuhi keinginan jang sangat besar dari 50 djoeta pendoedoek di djawa jang hendak membela tanah airnja dengan tenaga sendiri maka Bala tentara Dai Nippon membentoek Tentara Pembela Tanah Air, jakni pasoekan soekarela oentoek membela tanah Djwa, dengan pendoedok asli ialah berdiri atas dasar tjita-tjita membela Asia Timoer Raja bersama-sama". PETA dalam bahasa Jepang disebut Booei Giyuugun. Di Jakarta terdapat satu Daidan (batalyon dan di Purwakarta satu Daidan masing-masing di bawah Daidancoo Dan Yon) Kasman Singodimedjo dan R. Soerjodipoetro. Daidan membawahi Honbu (staf batalyon) dan 4 cuudan (kompi), sedang cuudan terdiri atas 3 syoodan (peleton) yang kemudian masing-masing terdiri atas 4 bundan (regu). Sejak awal 1945 Daidan Jakarta diberi tugas memberikan latihan-latihan militer diluar ketenteraan. Menurut Latief Hendraningrat yang waktu itu salah satu komandan kompi, mereka juga sempat nemberikan latihan singkat kepada para anggota Chuuo Sangi In yang dipimpin Bung Karno. Team Pelatih itu, diresmikan oleh Daidanchoo (Dan Yon) Kasman Singodimedjo terdiri atas 3 orang yaitu Latief sendiri (Dan kie) sebagai Ketua dan Mufreini serta Singgih masing-masing Dan Ton sebagai anggota. Dari Team ini Singgih kemudian yang melakukan "penculikan" terhadap Soekarno Hatta dan melarikannya ke Rengasdengklok � tentara Latief Hendraningrat kenudian yang mendampingi Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agusns 1945. Atas perm intaan TEMPO Latief Hendraningrat Brigjen Pensiunan, AD dan kini aktf dalam usaha swasta menuliskan pengalamannyaa sekitar peristiwa bersejarah ini dan setelah kami lakukan editing seperlunya bahkan di bawah ini: BERITA "Jepang akan menyerah" disampaikan kepada kami oleh seorang pemuda bernama Yusuf Kunto (tidak ada hubungan dengan Suroto Kunto!) seorang yang militan yang kami kenal di kamp interniran Belanda di garut (1942). Perlu kami tambahkan, ketika Perang Pasifik pecah (Desember 1941) kami ditawan dan diinternir oleh Pemerintah Hindia Belanda. Alasannya mungkin karena kami pernah bekerja di kantor Konsul Jenderal Jepang di Jakarta sebagai halftimer (1938), sebab belum pernah diadakan pemeriksaan (penyidikan) terhadap diri kami! Dalam kamp tersebut diinternir pula semua orang-orang Jepang yang pada saat pecahnya perang itu masih berada di Indonesia. Selain itu juga tokoh-tokoh politik Indonesia seperti Sukarni, Pandu Kartawiguna, Adam Malik dan lain-lain. Dalam kamp ini kami berkenalan dengan Jusuf Kunto yang telah membawa berita itu pada kami tanggal 13 Agustus 1945 pada sore hari setelah kami kembali di suatu latihan dengan kompi kami. Suatu surprise juga bagi kami menjumpai saudara Kunto tersebut setelah beberapa tahun tidak menjumpainya. Peranan apa yang telah dipegangnya di kalangan pemuda kamipun kurang mengetahui. Ia muncul secara tiba-tiba dan melaporkan tentang Situasi di waktu itu. Pada waktu itu kami secara kebetulan bertugas piket yang disebut "syuuban cuudancoo" atau "syuuban sirei" Dan secara kebetulan pula kami sedang menjabat sebagai Pjs Daidancoo (daidancoo yoin) oleh karena Daidancoo Kasman sedang dipanggil ke Bandung oleh Panglima Komando Tentara Jawa Bagian Barat (Riyoodancoo) di mana semua daidancoo di dalam wilayah komando itu dikumpulkan (daidancoo syuugo). Jadi kami pada waktu itu mempunyai sekedar wewenang ! "Paksaan": Apa Maksudnya? Saudara Kunto juga melaporkan bahwa utusan-utusan dari Pemuda sedang menghadap Pemimpin-pemimpin Soekarno-Hatta untuk meyakinkan kedua tokoh itu tentang pentingnya segera mengadakan Proklamasi Kemerdekaan mumpung Jepang masih menderita suatu knock down berhubung kekalahan perangnya. Ia menyanggupi kami untuk memberi la-poran setiap hari tentang perkembangan situasi. Pada tanggal 14 Agustus 1945 saudara Kunto kembali melaporkan pada kami bahwa usaha Pemuda untuk meyakinkan Soekarno-Hatta itu telah gagaL Bahwa kegelisahan di kalangan Pemuda dan Mahasiswa telah memuncak. Di Menteng 31 (Gedung Juang) kini sedang diadakan rapat-rapat dengan perdebatan yang sengit-sengit. Ia tidak mengungkapkan lebih lanJut tentang perdebatan itu. Ia hanya mengatakan bahwa para utusan Pemuda akan melanjutkan usahanya untuk menghadap Soekarno-Hatta sekali lagi agar Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan "sekarang juga" Tiada orang lain yang dapat memproklamir sesuatu kecuali Soekarno-Hatta yang dikenal dan ditaati oleh rakyat. Apabila usaha ini gagal maka Pemuda akan bertindak "dengan paksaan". Saudara Kunto sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud dengan 'paksaan" itu. Kebetulan bulan Agustus 1945 itu jatuh pada bulan Ramadhan. Para prajurit bangun dan kami bersama-sama bersaur Pada waktu itu fikiran kami telah tenang kembali. Tekad sudah menjadi bulat. Sekalipun demikian, kami anggap belum waktunya untuk mengungkapkan keadaan tersebut pada anak-buah kami sebelum kami mempunyai gambaran yang jelas tentang situasi dan maksud para Pemuda & Mahasiswa! Lagi pula kami harus tetap berhati-hati agar gerak-gerik kami jangan sampai mencurigakan fihak Jepang, yaitu para sidookan. Sebab, semua perbuatan atau tindakan yang akan kami adakan untuk membantu gerakan tersebut itu adalah bertentangan dengan hukum-hukum yang saat itu sedang berlaku, bahkan bagi kami bertentangan dengan hukum militer! Keesokan harinya, tanggal 15 Agustus ]945, kami cek laporan yang telah kami terima dari saudara J. Kunto itu pada Eisei Cuudancoo Dr Soetjipto yang mempunyai hubungan yang luas dan erat dengan para Pemuda & Mahasiswa. Kami kenal baik dengan Dr Soetjipto semenjak sekolah A.M.S. di Malang, kemudian ketika ia mahasiswa pada Fakultas Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool) di Jakarta dan di P.P.P.I. Dengan Dr Soetjipto itu kami dapat bertukar fikiran secara cofidential, walaupun tidak banyak atau lama, mengingat bahwa kami berdua diawasi oleh Jepang. Uraian Dr Soetjipto dalam garis-garis besarnya adalah Sama dengan laporan saudara J. Kunto sehingga menambah rasa keyakinan pada diri kami. Kami telah meminta pula padanya untuk memberi laporan tentang perkembngan situasi di luar daidan. Sore harinya kami menunggu kedatangan saudara J. Kunto yang tidak muncul-muncul. Kami mulai gelisah lagi, sebab kami ingin merencanakan sesuatu apabila kami telah menerima laporan terakhir dari perkembangan situasi ini. Tapi saudara Kunto tak kunjung datang. Maka muncul pada malam hari itu (jam tidak teringat) secara mendadak Syoodancoo Singgih yang memberitahukan kepada kami bahwa kehadirannya diperlukan oleh MENTENG 31 (Gedung Juang sekarang), malam ini juga! Hati kami merasa lega campur bana bahwa Syoodancoo Singgih betul-betul dapat diikut sertakan dalam gerakan ini. Rupa-rupanya para Pemuda dan Mahasiswa menaruh kepercayaan penuh padanya, berkat latihan-latihan di daidan itu! Tapi tetap kami berhati-hati dan menanya padanya siapa-siapa saja yang memerlukan kehadirannya itu. Ia sebut beberapa nama antara lain nama-nama Sukarni, Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh, Adam Malik, dan sebagainya. Nama-nama itu sudah merupakan jaminan cukup bagi kami untuk mengizinkannya berangkat ke Menteng 31. Sebab orang-orang yang telah disebutnya itu telah lama kami kenal semenjak zaman Hindia Belanda sebagai pemuda-pemuda pejuang kemerdekaan. Bahkan Sukarni dan Pandu Kartawiguna sendiri pernah menjadi murid kami di sekolah guru tingkat atas dari Perguruan Rakyat (1934). Kepada Syoodancoo Singgih itu kami berikan semua fasilitas yang diperlukannya dalam menunaikan tugasnya yang telah diminta padanya oleh Pemuda & Mahasiswa. Pertama: mobil dinas daidancoo, suatu mobil militer yang menurut dia perlu untuk rapat-rapat!? Ternyata, menurut laporannya sendiri, mobil itu digunakan untuk "mengambil" Soekarno-Hatta dari rumah masing-masing, kasarnya "menculik"! Kemudian dipinjamnya lagi sebuah truck (power) untuk memindahkan para beliau itu dari sedan,ke power tersebut untuk dibawa terus ke Rengasdengklok. Pemindahan itu terjadi di dekat rumah penjara Cipinang, Jatinegara. Selain itu juga satu pistol ekstra, satu karung beras dan lain-lain bahan makanan serta pakaian seragam hijau untuk para beliau guna menyamar apabila di perjalanan terjadi pemeriksaan kendaraan oleh fihak Jepang. Di Rengasdengklok itu terdapat satu cuudan (kompi) dari daidan Purwakarta yang dipimpin oleh Cuudancoo Soebeno. Tempat ini telah dipilih Singgih dengan perhitungan bahwa tiada seorang resmipun yang akan mengetahuinya. Kedatangannya di situ dengan membawa kedua Pemimpin beserta Bu Fatmawati, Guntur dan Sukarni, menurut laporan telah menggerakkan masyarakat Rengasdengklok secara keseluruhan. Tentera-Pamong Praja-Polisi dan Rakyat menggabung menjadi satu, menahan beberapa orang Jepang yang bertugas di sana, termasuk sidookan kasikan cuudan, dan mengibarkan bendera merah-putih di rumah masing-masing dan di kantor-kantor Pemerintah. Kekuasaan penuh dari daerah itu berada di tangan Indonesia (100%). Pun bapak Soetardjo, yang waktu itu menjabat sebagai Residen Jakarta (Jakarta Syuucoo-kan) yang secara kebetulan sedang memeriksa pembelian padi di daerah itu, turut ditahan. Jadi, secara de facto, daerah (kecamatan) Rengasdengklok itu adalah daerah pertama yang "bebas merdeka" ! Seperti KNIL Dulu Di dalam sebuah rumah di kota kecil ini, dengan diliputi ketegangan penuh, maka Syoodancoo Singgih berhasil mendapatkan kesanggupan dari Bung Karno untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia! Ini dicapainya pada tanggal 16 Agustus 1945. Tanggal 16 Agustus 1945 mendapatkan seluruh masyarakat Jakarta dalam keadaan gempar setelah penduduk bangun tidur dan mendengar tentang kejadian itu. Demikian juga kalangan Pemerintah Militer Jepang. Kami di daidan telah siap-siap untuk menanggung segala akibat daripada perbuatan kami itu. Walaupun sudah lebih banyak lagi anak buah karni yang mengetahui tentang gerakan itu tetapi tampaknya, para sidookan Jepang tidak mengetahui apa-apa. Sebab mereka sedang tidur nyenyak ketika kami tadi malam mengeluarkan power dan sebagainya itu karena jam sudah liwat tengah malam. Tetapi kami ingin mengetahui rencana apa selanjutnya akan dibuat oleh fihak Pemuda/Mahasiswa. Untuk itu kami mengadakan latihan jalan jauh (koogun), yaitu berjalan dengan kompi dari asrama di Jagamonyet ke arah Kebon Binatang melalui Menteng 31. Harapan kami saat itu ialah agar dapat menjumpai salah seorang pimpinan Pemuda yang dapat dihubungi. Tapi, sayang beribu sayang, sidookan kasikan Jepang juga turut serta sehingga kami merasa kurang bebas. Gedung Menteng 31 tampaknya sepi-sepi saja. Ada beberapa pemuda yang berkeliaran di halaman depan tapi kami tidak mengenal mereka. Kami berjalan terus sampai Kebon Binatang dan masuk dengan memberi kesempatan pada anak buah untuk berjalan-jalan secara bebas. Untung sidookan ikut dengan mereka. Rupa-rupanya ia ingin pula melihat binatang-binatang Indonesia. Tiba-tiba kami melihat saudara Chaerul Saleh di belakang pagar kawat dari pekarangan tengah Kebon Binatang itu: Ia mengangguk-angguk meimanggil kami. Kami bertanya langsung kepadanya tentang Bung Karno dan Bung Hatta dan sebab-sebabnya mereka itu dibawa ke luar kota. Menurut saudara Chaerul maksudnya ialah "untuk menjauhkan mereka dari Gunseikan" (Kepala Pemerintahan Militer Jepang). "Sebab, katanya selanjutnya, di Jakarta mereka itu terlampau terpengaruh oleh Gunseikan sehingga ada baiknya jika mereka itu dijauhkan dari pengaruh ini agar cita-cita kita lekas tercapai". Ia juga menanyakan pada kami bagaimana rencana kita selanjutnya. Kami agak heran sebab kami mengira bahwa Pemuda sudah punya rencana yang matang! Saudara Chaerul Juga menambah bahwa direncanakan agar alat-alat radio dapat diangkut ke luar kota, ke Rengasdengklok, sehingga Proklamasi Kemerdekaan dapat diucapkan dari situ. Kemudian ia bertanya "cara bagaimana kita dapat menguasai kota Jakarta?" Jawab kami: "Salah satu jalan ialah melucuti Jepang terlebih dulu. Tapi hal itu tidak dapat PETA kerjakan sendiri. Di daidan hanya terdapat 2 kompi, sebab 2 kompi lainnya sedang bertugas ke luar kota dan tidak dapat dihubungi per telepon. Selain itu kita memerlukan massa, yaitu massa Barisan Pelopor (dengan bambu runcing) dan para Pemuda & Mahasiswa. Kemudian kita sangat memedukan bantuan dari HEIHO supaya mereka memberontak dari dalam" kata kami tanpa menyadari bahwa sesungguhnya Jepang di Jakarta itu sangat kuat. Heiho itu adalah tentera pembantu tentera Jepang yang terdiri dari orangrang Indonesia yang dipersiapkan seperti tentera Jepang dan yang tinggal se-asrama dengan tentera Jepang. Semacam KNIL dulu. Ketika kami berdua berbicara itu kami belum mengetahui kalau Syoodancoo Singgih telah berhasil. Karena laporan belum masuk. Usaha kami ialah pertama-tama menghbungi Heiho di Rumah Sakit Gatot Subroto (RSPAD) sekarang ini tapi di gedung tempat bersalin. Tapi usaha itu tidak berhasil. Memang sukar untuk menghubungi mereka secara diam-diam. Sampai jauh sore belum ada satupun yang dapat dihubungi. Untuk usaha-usaha seperti itu memang diperlukan waktu yang lama. Harus diakui sekarang bahwa kami dulu itu sama sekali belum berpengelaman apa-apa, terlampau naif seperti kanak-kanak. Fikiran tidak berjalan wajar, hanya emosi, terdorong oleh hasrat besu untuk lekas merdeka! Ditambah lagi bahwa Pimpinan Barisan Pelopor tidak bersedia membantu suatu "rencana yang gegabah" (roekeloos), tanpa perhitungan, yang hanya dapat membunuh Pemuda dan Mahasiswa saja, yang justru diperlukan sebagai pemimpin-pemimpin Negara Indonesia yang merdeka di kemudian hari! Berhubung faktor-faktor yang sangat tidak menguntungkan itu maka rencana untuk menyerbu dan melucuti Jepang kami batalkan! Dalam pada itu kami terpikir kedua Pemimpin-pemimpin Bangsa yang berada di Rengasdengklok itu. Kami kuatir akan keselamatan mereka juga. Kami merasa turut bertanggungjawab. Maka kami bertekad untuk meninggalkan asrama dan menuju ke tempat tersebut. Bersama-sama dengan Dr Moewardi dengan berkendaraan mobil kami pergi tanpa memberi tahukan siapa-siapa kecuali Sikihancoo kami, Sdr Soekardi (= bundancoo yang tertua dalam staf kami) yang telah kami beri instruksi selama kami tidak berada di daidan. Setibanya kami berdua di Rengasdengklok itu maka kami dapatkan markas cuudan "kosong". Artinya Bung Karno dan Bung Hatta tiada lagi di tempat. Menurut keterangan Cuudancoo Soebeno kedua Pemimpin itu telah dijemput oeh Mr Soebardjo yang telah "menjamin" bahwa Proklamasi bisa diadakan keesokan harinya (tanggal 17 Agustus 1945) tapi Bung Karno dan Bung Hatta harus segera kembali untuk menyusun teksnya bersama-sama pemimpin-pemimpin lain. Atas dasar jaminan itu maka Cuudancoo Soebeno melepaskan mereka. Kami segera kembali ke Jakarta dan setelah tanya sini tanya sana dapat mengetahui bahwa kedua Pemimpin itu berada di Jalan Imam Bonjol sekarang, di rumah Laksamana Maeda (rumah Duta Besar Inggeris). Kami tidak masuk hanya lalu saja dan segera menuju ke asrama untuk mempersiapkan pengamanan Proklamasi itu. Baru malam itu tanggal 16 ke 17 Agustus 1945 kami memberi uraian tentang segala kejadian pada anak-buah kami dan memberi. Instruksi tentang segala persiapan yang perlu dilaksanakan untuk esok harinya itu. Pada tanggal 17 Agustus 1945 kompi kami telah memulai persiapannya setelah appel pagi dan taiso sebagaimana diadakan setiap hari. Pada malam hari sebelumnya mereka berhasil membongkar (secara halus) pintu dari gudang mesiu (kunci dipegang oleh sidookan) dan peluru-peluru tajam yang diperlukan telah � diambil dari gudang itu. Semua berpakaian/berseragam untuk bertempur (battle dress). Dua power telah dipersiapkan secara diam-diam. Hal itu telah menarik perhatian sidookan dan ia menanya pada kami latihan apa yang akan kami selenggarakan untuk hari itu. Sebab, menurut jadwal latihan-latihan dalam bulan Puasa harus seringan-ringannya. Kami menjelaskan padanya bahwa kami ingin mengadakan latihan "pertempuran dalam kota" oleh karena dalam hal ini anak buah belum begitu mahir. Dan bahwa kami akan berangkat terlebih dulu mencari tempat-tempat di dalam kota yang sekiranya dapat dipergunakan untuk latihan itu. Selama itu para, prajurit tetap menunggu di asrama sambil membersihkan ruang-ruang tidurnya (naimuhan) sampai kami kembali. "Apakah sidookan juga mau ikut?" tanya kami. Secara kebetulan sidookan itu baru sembuh dari sakit malaria yang telah dideritanya 1 bulan lamanya dan badan masih lemah untuk turut memimpin latihan "perang-perangan" itu. Ia terpaksa menjawab: "kali ini kami serahkan latihan itu kepada Cuudancoo". Untung sekali bahwa ia tidak memeriksa alat-alat senjata dan tempat-tempat pelurunya yang semuanya itu sudah berisi penuh dengan peluru-peluru tajam! Rencana kami untuk mengamankan jalannya Upacara Proklamasi adalah sangat sederhana. Maklum hal itu harus diukur dengan pengetahuan militer kami pada waktu itu. Lagi pula kekuatan senjata kami tidak seberapa jika dibandingkan dengan senjata tentara Jepang. Karenanya maka kami bermaksud menggunakan massa Rakyat dari Barisan Pelopor yang bersenjatakan bambu runcing dan golok di pinggang. Hal itu soal psikologis saja terhadap militer Jepang. Kami dapat mengetahui bahwa Jepang segan menghadapi massa rakyat, lebih-lebih yang sedang mengamuk. Karena itu maka taktik kami ialah untuk menghasut massa ini apabila Jepang datang mengganggu. Hasutan itu akan kami kerjakan dengan letusan-letusan senapan sebagai tanda untuk memulai. Untuk itu maka satu regu kami tempatkan di belakang Gedung Proklamasi, bersembunyi di belakang tanggul kereta api. Dipimpin oleh Sapri Bundancoo. Sedangkan kompi kami tetap di asrama dalam keadaan siap untuk berangkat dengan power. Menunggu telepon dari kami bila diperlukan. Dan menyerang dari belakang/samping. Untuk ini kami tugaskan Syoodancoo Arifin Abdulrachman (Honbu) untuk senantiasa berada dekat pada telepon. Larangan Jepang Kami meninggalkan asrama kurang lebih pada jam 09.30 (dulu jam 12.00 waktu Tokyo) bersama-sama Dr Soetjipto dengan berkendaraan mobil daidan (kami saat itu masih tetap Pjs Daidancoo). Setibanya di Jl. Pegangsaan Timur (sekarang Jl. Proklamasi) maka Daidancoo Abdul Kadir (dari Sidoobu) datang pada kami (agak tergesa-gesa) dan mengatakan pada kami: "Mas Latief mari kita jemput Bung Hatta. Saya dengar beliau tidak mau datang! Dan jika ia tidak datang maka Bung Karno tidak mau memproklamasikan!" Kami masuk lagi dalam mobil dan bersama-sama Daidancoo Abdul Kadir menuju ke rumah Bung Hatta. Kami dapatkan beliau sedang menerima tamu (orang Jepang). Kami masuk dan melaporkan bahwa Bung Hatta sedang ditunggu kedatangannya di Pegangsaan. Beliau bertanya: Sudah siap? Mari kita pergi". Kami agak keheranan. Menurut' Daidancoo Abdul Kadir beliau tidak mau datang. Nyatanya beliau bersedia secara spontan. Bahkan meninggalkan tamunya. Jadi upacara Proklamasi toh lebih penting bagi beliau! Demikian kami berpikir. Setiba kami di Gedung Proklamasi bersama-sama Bung Hatta maka segera kami check keadaan di sekitar gedung itu. Dari jauh kami melihat anak buah sedang bersiap di belakang tanggul kereta api. Di halaman depan telah berjajar Barisan Pelopor yang kami taksir 1000 orang lebih. Syoodancoo Arifin telah siap dekat telepon yang berada di rumah itu. Mikropon telah dipasang, hanya ada satu di atas standar. Tiang bendera di atas mana bendera Pusaka akan dikibarkan nanti adalah dari bambu dan katrol biasa sedangkan talinya agak kasar. Para tamu telah memenuhi ruangan depan (voorgallerij) sedangkan di halaman depan bawah juga terdapat rombongan-rombongan tamu. Kami tidak begitu memperhatikan para hadirin itu. Pikiran kami tegang terus. Semenjak tanggal 15 Agustus malam. Lebih-lebih pada saat upacara hendak dimulai! Pikiran kami tetap tertuju pada jalan besar dari mana mungkin gangguan akan datang! Kami dari Jakarta Daidan telah siap untuk menghadapi segala kemungkinan. 'To be or not to be" (merdeka atau mati) adalah semboyan setiap Prajurit dari Jakarta Daidan pada waktu itu! Pada kurang lebih jam 10 kami melapor pada Bung Karno bahwa upacara sudah siap untuk dimluai. Bung Karno dan Bung Hatta berjalan bergandengan ke ruang depam Kami mendampingi Bung Karno di sebelah kanannya. Ketika sudah dekat mikropon Bung Hatta berhenti sehingga beliau tidak lagi berdampingan dengan Bung Karno sedangkan kami masih tetap di sebelah kanan beliau. Ketika Sdr . Mundur hendak memotret Bung Karno maka kami melangkah ke samping 2 langkah untuk menghormati beliau. Pikiran kami tetap tegang dan mata tetap tertuju ke jalan besar. Setelah Bung Karno membaca teks Proklamasi menyusul acara pengibaran Sang Dwiwarna. Dari halaman di bawah datang berbaris seorang pemuda dan seorang puteri membawa baki dengan bendera Pusaka di atasnya. Kami mengenal pemuda itu: Sdr Suhud tapi tidak kenal puteri di sebelahnya. Dengan rasa heran kami melihat kedua pembawa bendera itu menuju langsung ke ternpat kami berdiri dan tanpa kami sadari baki telah disodorkan pada kami! Kami heran karena kami berada di situ bukan untuk urusan protokol melainkan untuk mendampingi Bung Karno dan Bung Hatta. Untuk urusan pengamanan upacara! Tapi secepat kilat pula dapat kami pahami bahwa dalam suatu gerakan politik seperti Proklamasi ini si pengerek bendera dapat dianggap sebagai "biang keladi"-nya dengan segala risiko yang bersangkutan dengan itu. Maka untuk menanggung risiko itu kami bersedia. Maka bendera kami terima dan kami bawa ke tiang bambu itu dengan dibantu oleh seorang pemuda lain yang bercelana pendek, jika tak salah Sdr Suharsono (sekarang pilot Garuda). Bendera dikerek secara perlahan-lahan sesuai dengan panjangnya bambu itu diiringi nyanyian "Indonesia Raya" oleh para hadirin. Selesai Upacara Proklamasi dan Pengerekan Bendera maka kedua Pemimpin Bangsa menuju kembali keruang belakang. Upacara telah selesai dengan selamat. Kemudian Bapak Suwirjo (saat itu Walikota Jakarta) membaca nama-nama para Anggota Komite Nasional Indonesia (K.N.I.) di Pusat di mana-mana mendapat kehormatan untuk turut duduk pula sebagai nggota. Baru setelah upacara itu selesai muncul seorang Jepang, menurut keterangan utusan dari Gunseikan, disertai orang Jepang lain sebagai penterjemah. Menurut keterangan ia datang untuk menyampaikan "larangan dari Pemerintah Jepang untuk mengadakan aktifitas politik" tapi oleh Bung Karno dijawab bahwa Kemerdekaan Indonesia telah diproklamir! Jika memang demikian halnya maka analisa kami, golongan muda, sudah betul yaitu "seandainya Proklamasi itu terlambat diadakan maka Bangsa Indonesia dan sejarahnya bisa lain!" Jakarta, Agustus 1975.

Monday, October 3, 2011

Hibah Rp 10 Miliar Belum Diterima Korban Rawa Gede

Pemerintah Diminta Proaktif Sikapi Putusan Belanda
Rakyat Merdeka 
Selasa, 20 September 2011 , 01:40:00 WIB
DPR Akan Panggil Menlu, Mendagri & Menkumham
Bantuan hibah bagi korban tragedi Rawagede sebesar Rp 10 miliar yang dikirimkan pemerintah Belanda ke Indonesia dua tahun lalu menjadi misteri, raib tanpa jejak.  Kementerian Dalam (Ke­men­­dagri) yang disebut-sebut se­bagai pihak yang menerima ban­tuan ter­sebut membantah keras. Sementara, para ahli waris kor­ban trage­di Rawagede sampai saat ini be­lum bersikap atas ban­tuan hibah tersebut. “Tidak benar ada uang Rp 10 mi­liar. Sumbernya siapa dan dari­mana, kita juga tahunya dari me­dia. Tapi, informasi uang itu juga akan kami cek kebenarannya,” kata Kapuspenkum Kemendagri, Rey­donnyzar Moenek kepada Rak­yat Merdeka, di Jakarta, kemarin. Kemendagri, kata dia, akan meng­kaji kebenaran hasil putu­san pengadilan di Den Haag, Be­landa terkait kasus tersebut, dan berkoordinasi dengan Kemente­rian Luar Negeri, Kementerian Hu­kum dan HAM, dan Kemen­terian Keuangan. “Kita juga belum mengetahui secara pasti, tahunya malah dari me­dia massa. Perlu dicek ulang dan mendalam apakah benar ke­putusan itu. Kita juga akan mem­pertanyakan, apakah kasus rawa­gede itu gugatan goverment to go­verment, private to govern­ment,atau private to private, ten­tunya ini perlu kajian lagi,” katanya. Terpisah Ketua Yayasan Ra­wagede, Sukarman membenar­kan keluarga korban pembantaian Rawagede belum menerima ban­tuan hibah dari Belanda pada 21 Februari 2009 itu.  Menurutnya, para korban tidak bisa berbuat apa-apa terhadap dana ter­sebut, karena itu dana hibah, bukan ganti rugi.  “Sampai saat ini para ahli waris belum menerima dana tersebut, karena itu dana hibah, maka yang berwenang untuk mengurus dan membagikannya kapada masya­rakat adalah Ke­menterian Dalam Negeri atau Pe­merintah Daerah. Jadi tidak bisa menggugatnya,” katanya. Menurut Sukarman, sampai saat ini baik keluarga maupun lem­ba­ganya tidak tahu menahu mengenai keberadaan dana terse­but.  “Saya tidak tahu apakah saat ini dananya ada di Kemen­da­gri, di pemda atau dimana. To­long Tanya kepada mereka saja,” pintanya. Dari Senayan, anggota Komisi III DPR Saan Mustopa mendesak Kementerian Hukum dan HAM selaku mitra kerja lembaganya untuk memastikan posisi putusan pengadilan kasus Rawagede.  “Dari situ pemerintah bisa mengambil tindakan,” ucap po­litisi asal Karawang ini. Anggota Komisi I DPR Mu­ham­mad Najib mendesak pe­me­rintah menindaklanjuti ke­putusan Pengadilan Sipil Den Haag, Belan­da, yang memerin­tah­kan Pemerintah Belanda mem­bayar ganti rugi terhadap sem­bilan korban peristiwa Ra­wagede.  “Ini sangat baik. Ini bagian ke­cil dari fakta-fakta sejarah yang kita miliki. Langkah awal yang menjadi pintu masuk ke kasus-kasus pelanggaran HAM perang lainnya,” katanya.

Untuk membuktikan perhatian legislatif terhadap penuntasan kasus Rawagede, Komisi I DPR akan memanggil Kemenlu, Ke­men­kum HAM, dan Kemen­dagri untuk meminta pen­jelasan terkait proses hukum dan dana ganti rugi para korban.  “Se­cepatnya kami akan me­manggil Kementerian terkait untuk men­jelaskan masalah ini,” tegasnya. Pakar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hik­mahanto Juwana, mengatakan, pemerintah sebainya bersikap pro­aktif membantu para ahli wa­ris korban peristiwa Rawagede un­tuk mendapatkan hak-haknya berdasarkan putusan pengadilan di Den Haag, Belanda pekan lalu.  “Pemerintah bisa menjadi fa­si­litator dengan menyediakan penga­cara, arsip sejarah, atau ban­tuan fasilitas,” katanya. Menurutnya, hal itu penting di­lakukan pemerintah untuk mem­bantu warganya sebab keputusan Pengadilan Negeri Den Haag be­lum bersifat hukum final, karena bisa ditempuh upaya hukum lan­jutan.  Untuk diketahui, peristiwa pembantaian Rawagede terjadi tahun 1947 di daerah Rawagede, Karawang, Jawa Barat. Dalam tragedi tersebut tercatat 431 laki-lakit terbunuh akibat kekejian tentara Belanda. Peristiwa ini bermula penca­rian pejuang kemerdekaan berna­ma Lukas Kustario. Dalam pen­cariannya tentara Belanda me­ma­suki Desa Rawagede dan meng­eksekusi penduduk laki-laki ka­rena menolak memberikan infor­masi mengenai keberadaan Kus­tario.  PBB mengecam pe­­ris­tiwa itu sebagai serangan disengaja dan kejam Pe­merintah Belanda meski kejadian pembantaian itu dike­tahui lewat film dokumenter yang ditayangkan tahun 1995.  Sepuluh tahun kemudian, Men­­teri Luar Negeri Belanda, Ben Bot menyatakan penyesalan atas se­jumlah serangan oleh pa­sukan Be­landa di beberapa wi­layah di Indonesia pada tahun 1947. Namun, Belanda memutus­kan untuk tidak menyeret pelaku eksekusi massa ke pengadilan. Pada 20 Juni 2011, sembilan janda korban pembantaian di desa Rawagede, Karawang, Jawa Barat, mengajukan tuntutan ganti rugi kepada pemerintah Belanda.  Para janda menuntut penga­kuan dan ganti rugi atas mening­galnya tulang punggung keluarga mereka.  Waktu itu, beberapa jan­da, dan korban selamat terakhir, Saih bin Sakam, khusus datang ke Belanda untuk proses ini.. Bagi Saih, pelaku pembunuhan massal tidak perlu lagi diseret ke pengadilan, permintaan maaf dan ganti rugi sudah cukup. Kemudian 14 September 2011 Pengadilan Den Haag menerbit­kan vonis atas perkara itu yang me­menangkan gugatan sembilan janda tersebut. Pengadilan me­merintahkan Pemerintah Benlada membayar sejumlah ganti rugi kepada penggugat.

Mereka Melobi Karena Tidak Diperhatikan

Haris Azhar, Koordinator Kontras

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekearasan (Kontras) menilai, kemenangan gugatan korban tragedi Rawagede, pada 14 September ke­marin merupakan hasil per­juangan warga, tanpa dukungan Pemerintah Indonesia. “Masyarakat, terutama ke­luarga korban pembantaian Ra­wagede, Karawang, Jawa Ba­rat, tidak mendapatkan per­ha­ti­an yang memadai. Kalaupun ada, itu hanyalah perhatian simbolik dari sejumlah individu pe­jabat TNI atau sipil keturu­nan Karawang,” kata Koor­dinator Kontras, Haris Azhar, dalam keterangan tertulis yang diterima Rakyat Merdeka.

Perjuangan menuntut Peme­rin­tah Kerajaan Belanda meru­pakan kerja keras warga dengan sejumlah yayasan untuk men­dorong kompensasi dari Peme­rintah Kerajaan Belanda.  Dijelaskan Haris, pada 1995 lurah setempat, dengan duku­ngan Pangdam Siliwangi saat itu, mendirikan Yayasan Rawa­ge­de. Yayasan ini kemudian yang dibantu Kharis Suhud (Be­kas Ketua MPR/DPR) se­ring mencari bantuan untuk para janda dan keluarga korban.  Pada 2005, lanjut Haris, ya-yasan ini kemudian bertemu de­ngan Komite Utang Kehor­matan Belanda (KUKB) dan mendorong kompensasi dari pemerintah Belanda. Yayasan itu kemudian mulai melakukan lo­bi politik ke pemerintah Be­lan­da, namun gagal. Setelah ga­gal, kemudian dilanjutkan de­ngan tindakan hukum pada 2009 melalui gugatan ke penga­dilan Belanda. Semen­tara, ya­ya­san lain, Sampurna War­­ga me­lakukan pemberda­yaan eko­nomi sosial, termasuk untuk para keluarga korban. “Mereka melakukan lobi ke Kedutaan Belanda karena ku­rang dapat perhatian pemerin­tah Indo­nesia. Mereka disetujui oleh pe­merintah Belanda untuk di­bantu dan uang diserahkan ke Ke­mendagri pada Desemeber 2010. Namun hingga kini ban­tuan tersebut tidak pernah dite­ri­ma yayasan tersebut,” papar­nya. Keluarga korban pemban­taian Rawagede mengaku Pe­me­rintah Belanda pernah mem­berikan ban­tuan hibah pada 2009 lalu se­besar Rp 10 miliar. Uang itu di­sa­lurkan melalui Ke­mendagri. Ironisnya hingga kini keluarga kor­ban belum pernah menerima hak­­nya. Para ahli wa­ris korban ha­nya berharap da­na konpensasi ini bisa sampai ke tangannya dan bi­sa dinik­ma­ti keluarganya


Janda Rawagede kalahkan Belanda


Kamis, 22/09/2011 09:29 WIB

Janda Rawagede Kalahkan Belanda Kemenangan Melawan Lupa dari Rawagede

Deden Gunawan - detik News

Jakarta - Sejarah adalah perjuangan melawan lupa. Dan Rawagede menjadi bukti kemenangan perjuangan itu. Bagi Belanda, pembantaian tentaranya yang menewaskan ratusan orang di Rawagede, Karawang, Jawa Barat itu hanyalah cerita yang sudah kadaluwarsa. Pemerintah Indonesia juga kurang peduli dengan pembantaian biadab pada 9 Desember 1947 itu. Nama Rawagede pun sekarang sudah tidak ada dan diganti menjadi Balonsari. Saksi pembantaian itu hanya tersisa segelintir orang dan sudah sangat sepuh. Tapi mereka yang tersisa tidak mau menyerah untuk terus menggugat keadilan. Mereka tidak mau kejahatan HAM di Rawagede dilupakan. Akhirnya, setelah 64 tahun pembantaian berlalu, keadilan berpihak pada mereka. Rabu, 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menerbitkan vonis yang memenangkan tuntutan 9 janda dan korban pembantaian di Rawagede. Dilansir BBC, pengadilan di Den Haag menyatakan pemerintah Belanda bertanggung jawab atas pembantaian yang dilakukan tentaranya di Rawagede. "Alhamdulillah," kata Wasiah, salah satu janda dari korban pembantaian Rawagede yang ikut menggugat, menanggapi kemenangan gugatan itu. Gugatan para korban pembantaian Rawagede sejatinya bermula dari buku berjudul 'Riwayat Singkat Makam Pahlawan Rawagede'. Buku itu ditulis Sukarman, ahli waris korban, dan diterbitkan pada 1991.  Ayah Sukarman, Sukardi adalah pejuang Indonesia yang lolos dari pembantaian Rawagede. Sementara ibunya, Cawi, adalah janda korban pembantaian itu. Sukarman menulis buku itu karena tidak ingin pengorbanan besar rakyat Rawagede demi kemerdekaan itu dilupakan begitu saja. Ia tidak mau peristiwa itu 'hanya' dikenang melalui bait puisi "Karawang-Bekasi" karya Chairil Anwar. "Peristiwa Rawagede itu sangat memilukan, saya ingin menceritakan secara gamblang apa yang sebenarnya terjadi di Rawagede pada 9 Desember 1947," ujar mantan Kepala Desa Rawagede itu, saat ditemui detik+ di rumahnya. 'Riwayat Makam Pahlawan Rawagede' berisi keterangan istri-istri para korban yang masih hidup. Saat itu, tahun 1991 waktu buku dibuat, jumlah janda korban Rawagede masih 50 orang. Kini mereka tinggal 6 orang yang masih hidup, salah satunya Cawi, ibunda Sukarman. Suami Cawi, Bendol, dibantai pasukan Belanda di Rawagede. Tiga tahun setelah pembantaian itu, Cawi menikah dengan Sukardi, pejuang Indonesia yang lolos dari pembantaian sadis itu. Dari pernikahan itulah lahir Sukarman. "Saya tidak lagi dendam," kata Cawi mengenang pembantaian itu. Dari kedua orangtuanya itulah, Sukarman mendapatkan cerita yang utuh pembantaian Rawagede. Tanpa disangka buku Sukarman menyebar ke Belanda karena dibawa pengurus Badan Kontak Legium Veteran RI Alif Jumhur. Di Belanda, buku itu menyedot perhatian akademisi, politisi dan wartawan hingga kemudian dicetak ulang. Orang-orang Belanda sangat kaget dengan kisah pembantaian di buku itu. Yang mereka tahu Indonesia adalah bagian dari Kerajaan Hindia Belanda sehingga tidak ada penjajahan apalagi pembantaian. Beberapa bulan setelah buku itu beredar, sejumlah akademisi dan wartawan Belanda datang ke Rawagede. Mereka berupaya menggali peristiwa yang sebenarnya di desa yang jaraknya 20 kilometer dari Kota Karawang tersebut. "Setiap bulan ada saja wartawan atau peneliti belanda yang datang ke Rawagede sejak 1994," kata Sukarman. Di Indonesia sendiri, tampaknya buku itu hanya menarik perhatian para veteran termasuk Pangdam Siliwangi saat itu, Mayjen TNI Tayo Tarmadi. Begitu membaca buku itu, Tayo langsung mendatangi Sukarman. Tayo meminta Sukarman untuk mengusulkan pendirian Yayasan Rawagede dan mengumpulkan kuburan para korban dalam satu lokasi berikut membangun monumen. Akhirnya, pada 1995, Bupati Karawang saat itu, Mangkuwijaya, menyetujui penyatuan makam jenazah korban Rawagede. Sang Bupati dan Pangdam Siliwangi mengumpulkan pengusaha sehingga terkumpul sumbangan Rp 400 juta untuk membangun pemakaman yang layak bagi 431 jenazah korban Rawagede. Pembangunan Monumen Rawagede rampung pada Oktober 1996. Setelah itu setiap 9 Desember, Muspida Karawang mengadakan upacara di monument itu. Begitu monumen berdiri, sejumlah veteran dan LSM HAM Belanda menyarankan Sukarman dan ahli waris menggugat pemerintah Belanda untuk mendapatkan ganti rugi atas pembantaian itu. Pada 16 Agustus 2007, para janda korban dan ahli waris termasuk saksi mata pembantaian itu Sya'ih bin Sakam, melakukan demo di kedubes Belanda di Jakarta. Tapi aksi itu tidak direspons. Bukan hanya Belanda yang tidak merespon, pemerintah Indonesia juga tidak peduli. Karena tidak direspons, para korban dan ahli waris lantas menggugat secara hukum. Gugatan yang dilakukan bersama Komite Utang dan Kehormatan Belanda, yang dipimpin Batara Hutagalung itu dilayangkan pada Oktober 2008 di Belanda. Sejauh itu, pemerintah Indonesia tidak juga menunjukan dukungan. "Pemerintah tidak berbuat apa-apa. Mungkin merasa tidak enak sama Belanda," kata Sukarman. Untungnya akademisi, wartawan, serta anggota parlemen Belanda dari partai oposisi mendukung gugatan itu. Bahkan 19 September 2008, dua anggota parlemen Belanda, Harry van Bommel dari Partai Sosialis dan Joel Voordewind dari Partai Uni Kristen (ChristenUnie) bertemu para korban termasuk Wasiah dan Sya'ih di Jakarta. Pada 2010, Sukarman dan Sya'ih datang ke Belanda untuk memberikan kesaksian. Kemudian awal 2011, Sukarman datang lagi menghadap pengadilan Belanda. Melihat jalannya persidangan, awalnya Sukarman pesimistis gugatan bakal menang. Itu sebabnya Sukarman dan kuasa hukum penggugat mempersiapkan banding. Tapi berbarengan proses sidang, ternyata media massa di Belanda mengulas keterangan sejumlah veteran tentara Belanda (Veteran LMD). Media Belanda menulis keterangan 5 orang bekas tentara Belanda yang pernah bertugas di Jakarta. Mereka mengakui pernah melakukan penembakan di Rawagede. Bahkan kelima veteran ini siap memberikan ganti rugi melalui koceknya sendiri sebagai kompensasi dari kebrutalan mereka saat bertugas di Rawagede. "Awalnya pemerintah Belanda ngotot kalau kasus ini sudah kadaluwarsa. Tapi karena kesaksian 5 pelaku pembantaian itu, majelis hakim mungkin jadi berubah pikiran," duga Sukarman.
Foto: Sukarman mantan lurah Balongsari yang ketua Yayasan Rawagede