Saturday, August 17, 2013

Perbandingan Kondisi Tanah Abang Dulu Dengan Sekarang

saya mau share sedikit foto yg saya ambil hari ini 12/08/13 di salah satu titik lokasi di tanah abang.

Mungkin agan & sista yg selama ini hanya melihat atau mendengar berita nya saja di tv,radio atau surat kabar mengenai pembersihan PKL di tanah abang akhir" ini, dan mungkin jg penasaran bagaimana sih perbedaan kondisi tn.abang dulu dengan sekarang.
Berikut foto" ny. Monggo di buka..

Tanah Abang setelah pembersihan PKL ( tampak bersih & lengang krn perkantoran serta aktifitas perdagangan di Blok A,B, dan Metro blm normal). Tp mudah"an walaupun aktifitas sdh normal kembali tdk akan separah dulu kondisi nya.

Tanah Abang kini: 





 
Nah, ini kondisi Tanah Abang dahulu. Silahkan di nilai sendiri
 


 
 

Monday, August 5, 2013

AKHIRNYA INDONESIAPUN MERDEKA

Pada tanggal 8 Agustus 1945 sebelum berangkat ke Dalat, Bung Karno berpidato di Stasion Radio Hoso Kyoku (Stasion radio Jepang yang kemudian menjadi RRI Jakarta) . Isi pidatonya soal menyongsong Kemerdekaan Indonesia. Dalam pidato tersebut amat jelas dikatakan bahwa Bangsa Indonesia ingin Merdeka dan tiada kekuatan apapun yang akan menghalanginya.

Wednesday, July 31, 2013

Umi Yukaba (Kalau saya pergi memenuhi panggilan tugas)

Lagu Jepang dizaman Perang Pasifik ini pernah sangat merekat dengan jiwa patriotik yang dipompakan kepada rakyat Indonesia oleh Pemerintah Pendudukan Jepang 1942-1945. Sejumlah mantan tentara PETA dan Heiho masih hafal bahkan sukar melupakannya

Idul Fitri tahun 1945 jatuh tanggal 7 September 1945

Penetapan 1 Ramadhan 1364 H atau tahun 1945 bertepatan pada tanggal 9 Agustus 1945. Benarkah Hari Raya Idul Fitrinya jatuh pada tanggal 9 September 1945 ? Ada yang masih ingat ? Clip video tentang itu dimana tercantum awalnya Idul Fitri 9 September 1945. Ternyata film lama tentang hari Raya Idul Fitri tanggalnya salah. Mestinya Idul Fitri tahun 1945 ini jatuh pada tanggal 7 September 1945. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 dan berakhirnya bulan puasa yang diikuti Hari Raya Idul Fitri 1364 H itu, Jakarta aman. Namun sudah tampak coretan-coretan Revolusi...

Tuesday, July 23, 2013

Volksraad parlemen zaman HIndia Belanda

Volksraad yang diambil dari bahasa Belanda dan secara harafiah berarti "Dewan Rakyat", adalah semacam dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda. Dewan ini dibentuk pada tanggal 16 Desember 1916 oleh pemerintahan Hindia-Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur-Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri Urusan Koloni Belanda; Thomas Bastiaan Pleyte. Pada awal berdirinya, Dewan ini memiliki 38 anggota, 15 di antaranya adalah orang pribumi. Anggota lainnya adalah orang Belanda (Eropa) dan orang timur asing: Tionghoa, Arab dan India. Pada akhir tahun 1920-an mayoritas anggotanya adalah kaum pribumi. Awalnya, lembaga ini hanya memiliki kewenangan sebagai penasehat. Baru pada tahun 1927, Volksraad memiliki kewenangan ko-legislatif bersama Gubernur-Jendral yang ditunjuk oleh Belanda. Karena Gubernur-Jendral memiliki hak veto, kewenangan Volksraad sangat terbatas. Selain itu, mekanisme keanggotaan Volksraad dipilih melalui pemilihan tidak langsung. Pada tahun 1939, hanya 2.000 orang memiliki hak pilih. Dari 2.000 orang ini, sebagian besar adalah orang Belanda dan orang Eropa lainnya. Selama periode 1927-1941, Volksraad hanya pernah membuat enam undang-undang, dan dari jumlah ini, hanya tiga yang diterima oleh pemerintahan Hindia Belanda. Sebuah petisi Volksraad yang ternama adalah Petisi Soetardjo. Soetardjo adalah anggota Volksraad yang mengusulkan kemerdekaan Indonesia. Dominasi kolonial pada masa itu hampir mencakup semua aspek, sampai pada forum-forum resmi harus menggunakan Bahasa Belanda, padahal sejak Kongres Pemuda II (1928) bahasa Indonesia disepakati sebagai bahasa persatuan yang menjadi salah satu alat perjuangan kalangan pro-kemerdekaan. Untuk itulah Mohammad Hoesni Thamrin mengecam pedas tindakan-tindakan yang dianggap mengecilkan arti bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia dalam sidang-sidang Volksraad diperbolehkan sejak Juli 1938. Video, saat pembukaan Volksraad pada tahun 1938. Tampak Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg membukanya. Sumber tulisan : Wikipedia

Thursday, June 27, 2013

Mengenang Prof Dr Abdulrachman Saleh

Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda Anumerta, lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 – meninggal di Maguwoharjo, Sleman, 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun. Beliau sering dikenal dengan nama julukan "Karbol" adalah seorang pahlawan nasional Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia. Abdulrachman Saleh dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1909 di Jakarta. Pada masa mudanya, ia bersekolah di HIS (Sekolah rakyat berbahasa Belanda atau Hollandsch Inlandsche School) kemudian MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau kini setingkat SLTP, lulus AMS (Algemene Middelbare School) kini stingkat SMU, dan kemudian diteruskannya ke STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Karena pada saat itu STOVIA dibubarkan sebelum ia menyelesaikan studinya di sana, maka ia meneruskan studinya di GHS (Geneeskundige Hoge School), semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Ayahnya, Mohammad Saleh, tak pernah memaksakannya untuk menjadi dokter, karena saat itu hanya ada STOVIA saja. Ketika ia masih menjadi mahasiswa, ia sempat giat berpartisipasi dalam berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia. Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan ilmu faal. Setelah itu ia mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 11 September 1945. Setelah menyelesaikan tugasnya itu, ia berpindah ke bidang militer dan memasuki dinas Angkatan Udara Ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Ia turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angakatan Udara, ia tidak melupakan profesinya sebagai dokter, ia tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah. Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri. Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar. Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto. Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974. Pada tanggal 14 Juli 2000, atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta. Nama Ia diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI-AU dan Bandar Udara di Malang. Selain itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum (Medical and General Biology Competition) disebut Piala Bergilir Abdulrahman Saleh. Mengharapkan semua lulusan Akademi Angkatan Udara dapat mencontoh keteladanan dan mampu mencapai kualitas seorang perwira seperti Abdulrachman Saleh, para taruna AAU dipanggil dengan nama Karbol. Hal ini pertama kali diusulkan oleh Letkol Saleh Basarah setelah beliau mengunjungi United States Air Force Academy di Colorado Springs, Amerika Serikat. Para kadet di sana dipanggil dengan nama Dollies, nama kecil dari Jenderal USAF James H Doollitle, seorang penerbang andal yang serba bisa. Ia penerbang tempur Amerika Serikat yang banyak jasanya pada Perang Dunia I. Untuk menghormati Prof.Dr Abdulrachman Saleh atas  jasanya pada almamaternya Salemba 6 Jakarta, tahun 2006 diresmikan oleh Wapres Jusuf Kala patung beliau dimuka FKUI Jakarta. Kini patung itu berdiri dengan megah. Sumber tulisan Wikipedia. Foto, Marsekal Muda Profesor Dr Abdulrachman Saleh dimuka pesawat kesayangannya  di lapangan terbang Maguwo Yogyakarta. 

Thursday, June 20, 2013

Haul Bung Karno di Blitar

Menjelang hari Haul Bung Karno 21 Juni 2013, kota Blitar semarak. Bertempat di Makam Bung Karno, di bagian mukanya ada Perpustakaan dan Galery. Ini untuk pertama kali saya saksikan. Dulu saya pernah kemari pada tahun 1977, cungkup kalau tidak salah baru jadi. Di Perpustakaan dan Galery saat ini ada pameran foto Bung Karno lengkap dicampur dengan lukisan dan poster. Sayangnya pameran foto, masih kurang bagus susunannya dan kurang lengkap. Tapi sudah cukup pantas ditonton. Kami datang dari Jakarta sebagai rombongan konservasi kota tua Jakarta. Kami membawa film tentang Soekarno 1948-1949. Sebuah penayangan saat Soekarno-Hatta ditangkap saat agresi militer Belanda II sampai Soekarno selaku Presiden RIS kembali ke Jakarta. Sambutan penonton baik dan antosias.....

Bung Karno, Putra Sang Fajar Wafat

Semua bahan ini didapat dari internet...untuk itu diucapkan terima kasih. Pada tanggal 20 Juni 1970 Bung Karno atau Putra Sang Fajar telah tiada. Berarti telah 43 tahun yang lalu telah berlalu. Terasa bagaikan baru kemarin....

Sunday, June 9, 2013

Taufik Kiemas telah tiada

Saya mengenal Taufik kira-kira pada tahun 1968-1969. Saat kami mahasiswa, saya di Fakultas Kedokteran dan Taufik di Fakultas Hukum UI. Zaman suasana politik lahirnya Orde Baru telah lewat, tapi asap dan baunya TRITURA masih kentara sekali. Meskipun demikian Taufik sebagai anggota aktifis organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) tidak punya urusan secara emosional dengan sosok UI (terutama FKUI) yang terkenal sebagai kampus tempat lahirnya Orde Baru. Memang Angkatan 66 apalagi yang namanya Resimen Arief Rachman Hakim pernah bermarkas di Salemba 6 itu. Bersama teman dekatnya Guritno Harimurti, Taufik sering datang ke gedung FKUI sehingga kami sering tukar pikiran dan bisa juga menyinggung soal politik dalam negeri. Tidak ada yang istimewa atau berlebihan, kami tetap bersahabat. Anehnya pada saat itu mahasiswa kedokteran sedang mencari dana untuk penerbitan perdananya sebuah koran mahasiswa kedokteran namanya "Media Aesculapius". Kami   mencari kesana kemari tidak juga ada yang menyumbang. Tidak tahu bagaimana Taufik bisa mengusahakan dana sebesar Rp 60.000,- (enam puluh ribu rupiah) yang rupanya dari sumber golongan Marhaenis ? Ditambah dari beberapa sumber sumbangan lainnya yang lebih kecil, maka Media Aesculapius bisa diterbitkan. Tempat percetakannya juga ada kaitannya dengan golongan Marhaenis yaitu percetakan Sulindo (Suluh Indonesia) dengan tehnik mencetak tergolong modern yaitu sistim "Hot Printing" dengan beaya sekali cetak untuk 1000 eksemplar sebesar Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah). Media Aesculapius yaitu media (koran) profesi kedokteran sebenarnya sudah muncul pada waktu sebelumnya sebagai majalah yang di cetak secara roneo. Namun dalam bentuk profesional sebagai koran ukuran tabloid baru yang terbit pada akhir tahun 60-an itu atau awal 70-an. Untuk itu mestinya mahasiswa kedokteran UI tahu sejarahnya dan berterima kasih pada Taufik Kiemas. Saudara Zulasmi sebagai pimpinan redaksi, Fahmi Abdulah Alatas sebagai pimpinan utamanya ditambah Rohsiswato sebagai perancang layout, Roby Surjana memimpin bagian iklan, koran mahasiswa kedokteran itu terbit setiap 3 bulanan dan langgeng sampai sekarang. Taufik telah tiada, kami ikut bersedih.....selamat jalan sahabat. Semoga kau diterima disisiNya dengan baik sesuai dengan amal ibadah mu. Foto saat Taufik sering datang ke FKUI sebelum beliau aktif dalam tugas negara....

Monday, April 22, 2013

Panitia urusan sipil Indonesia-Belanda di Palembang

Perwira TRI yang dimaksud adalah Let.Kol Daan Jahja. Awalnya dirinya adalah mahasiswa Kedokteran Ika Daigaku yang dikeluarkan karena melalwan instruksi penggundulan oleh Jepang. Atas usul dari H.Agus Salim diterima dalam pendidikan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air. Selanjutnya berkarir di tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI) terakhir di TNI. Sempat menjadi Gubernur Militer Jakarta dengan pangkat Let.Kol....ucu juga ya Dr M.Jamil dan Mr Amir Sjarifoedin berpakaian ala pasukan gerilya. Sementara Let.Kol Daan Jahja berpakaian sipil seperti PNS....Namanya juga zaman Revolusi...

Sunday, April 21, 2013

Destrukturisasi sejarah Kartini...kapan ?

Kapan kita melakukan destrukturisasi sejarah Kartini ? Rasanya tidak ada minat kesana ya ? Dalam wujud alam pikir kita, Kartini itu mulia, terhormat, berjasa, membela kaumnya dan perintis kemerdekaan bangsanya yang revolusioner...? Mungkin Kartini kurang senang pada pencitraan itu. Dia lebih senang kalau Belanda dan Indonesia bisa mewujudkancita-citanya yang mungkin yang lebih pasti adalah sebuah konsep emansipasi ? Bukan hanya emansipasi yang dangkal seperti berbicara soal gender tok. Tapi yang lebih luas. Kartini mewakili suku Jawa dalam arti yang sebenar-benarnya. Orang Belanda meghargai kaum priayi Jawa ini...merekalah yang mendapat kesempatan untuk mengatur pemerintahan dalam negeri dalam bayang-bayang payung kolonial yang sudah desentralistik itu. Kala itu pada akhir abad ke 19 kalau mau jujur adalah terjadinya perubahan tatanan sosial yang paling menguntungkan kelompok feodal. Bahasa Belandanya "schakel van" Bergantung pada....ya kekuasaan feodal pribumi itu. Belanda berterima kasih kepada mereka. Kartini tidak mungkin melawan kekuasaan ayahnya maupun suaminya Raden Adipati Joyodiningrat. Justru harus dicari jalan bagaimana menyatukan kepentingan Belanda dan Hindia dalam arti kata sebenar-benarnya. Itulah sebabnya bayang-bayang Abendanon dan Deventer amat melekat pada cerita kisah sang Raden Ajeng dari Jepara ini. Haramkah pemikiran ini bisa terjadi ? Juga tidak karena ini zaman perubahan zaman Politik Etis. Kita tidak bisa membawa semangat Revolusi Kemerdekaan kezaman itu. Itu justru yang haram yang mestinya karena pakemnya beda. Ada yang mau menanggapi ? Mungkin banyak yang tertarik barangkali ? Foto: Pencitraan Sjuman Djaya sosok Kartini dalam filmnya yang diperankan oleh Yeni Rachman dan Bambang Hermanto....Masih jauh bukan ? Kalau saja benar Kartini menderita dan bersedia mengakhiri cita-citanya maka dia lahir terlalu cepat.

Monday, April 8, 2013

Margaret Thatcher telah tiada

Margaret Thatcher lebih dikenal sebagai "Wanita besi" meninggal Senin karena stroke pada usia 87 tahun. Untuk ini pemerintah Inggris mengumumkan bahwa mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher akan menerima upacara pemakaman kenegaraan dengan kehormatan militer.. Perdana Menteri David Cameron memutuskan menunda perjalanannya ke Spanyol dan Perancis setelah mendengar berita menyedihkan ini. Kantor Perdana Menteri di Downing Street mengatakan Ratu Elizabeth II memiliki wewenang menetapkan upacara pemakaman kenegaraan bagi Margaret Thatcher yang akan diselenggarakan di St Paul's Cathedral London. Dikatakan pemakaman akan dihadiri oleh pejabat tinggi negara dan masyarakat Inggris. Pelayanan pemakaman juga diikuti oleh kremasi pribadi. Hal itu tidak diperinci lebih lanjut, hanya mengatakan bahwa keputusan yang diambil itu adalah "sesuai dengan keinginan" Thatcher dan keluarga. Foto: Margaret Thatcher saat Perdana Menteri Inggris 

Wednesday, April 3, 2013

Dr Jacob Bernadus Sitanala

Dr Jacob Bernadus Sitanala Pahlawan dan Tokoh Nasional Asal Maluku. JACOB Bernadus Sitanala dilahirkan dalam suatu keluarga pengusaha kecil pada 18 September 1889 di Kayeli, Pulau Buru. Ia keturunan keluarga besar Sitanala dari Desa Suli di Pulau Ambon.  Setelah menamatkan pendidikan dasar pada “Ambonsche Burger School” di Ambon dan pendidikan menengah MULO pada 1904, ia melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran yaitu “STOVA” di Jakarta. Pada tahun 1912 Sitanala berhasil memperoleh ijasah dokter dan ditempatkan di berbagai tempat di Indonesia. Karena prestasinya yang tinggi dalam tugas pelayanan kedokteran dan penelitian ilmiah, ia mendapat tugas belajar ke Negeri Belanda tahun 1923 dan mendalami ilmu Penyakit Kusta (Lepra).  Pada tahun 1926 berhasil memperoleh diploma “Nederlandsche Arts” dan pada tahun 1927 mendapat gelar doctor dan guru besar dalam Ilmu Penyakit Kusta. Setelah kembali ke Indonesia dan bertugas sebagai ahli Penyakit Kusta, Dr Sitanala diangkat sebagai Kepala Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia. Dr Sitanala adalah ahli Penyakit Kusta yang bertama di Indonesia. Sebagai perintis pemberantasan Penyakit Kusta, ia dikenal pula di dunia Internasional karena karya-karya ilmiah hasil penelitian dan metode baru pengobatan Penyakit Kusta yang ia kembangkan. Untuk itu, raja Kerajaan Swedia berkenan memberikan bintang kehormatan tertinggi “Wasa Orde” yang setaraf dengan “Nobelprijs” (hadiah nobel) kepadanya dan juga sebuah bintang jasa dari perkumpulan sarjana-sarjana internasional dalam bidang kesehatan. Ia terkenal pula sebagai pejuang dan perintis kemerdekaan Indonesia. Selama studi di Negeri Belanda, menjabat Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia, sangat aktif dalam pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta menjadi penasehat dari organisasi politik Sarekat Ambon. Perasaan nasionalismenya sangat tinggi dan terlihat dalam usaha-usaha untuk membela rakyat kecil yang diperlakukan tidak manusiawi dalam bidang kesejahteraan dan kesehatan juga menentang ras diskriminasi di kalangan profesi kedokteran. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Palang Merah Indonesia (PMI). Setelah bertugas ke Ambon pada tahun 1947, masih tetap mengabdi sepanjang hayatnya. Beliau meninggal dunia pada 30 Agustus 1958 dan oleh Pemerintah RI dihargai sebagai “Perintis Kemerdekaan” dan tokoh nasional yang besar. (Sumber: BPNB Ambon). Foto: np. 3 dari kiri adalah JB Sitanala saat ikut ekspedisi di Irian Jaya pada tahun 1912-1913.

Dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory

Pada musim semi tahun 2001 seorang wartawan Belanda keturunan Maluku, Herman Keppy menemukan sebuah koper dengan tumpukan penuh dokumen pada sebuah kamar di sebuah desa di Alkmaar negeri Belanda. Koper ini juga berisi foto-foto dan dokumen pribadi dari Wim Tehupeiory (1883-1946),yang bertugas sebagai dokter pribumi pada tahun 20-an di Hindia Belanda. Bahan-bahan dokumen ini sungguh amat berguna dalam rangka kerja Keppy menulis novelnya yang berjudul Antara Ambon dan Amsterdam (Tussen Ambon en Amsterdam). Buku ini diterbitkan pada tahun 2004. Setelah itu semua dokumen di kirimnya kepada IISH (International Institute of Social History) di Belanda. Bahan dokumen ini terdiri dari sebanyak 250 surat pribadi, surat-surat yang kaitannya dengan profesi kedokteran (tahun 1883-1946) dan sejumlah bahan-bahan lainnya, termasuk laporan bulanan tentang Rumah Sakit pemerintah di Blinjoe di pulau Bangka (dari tahun 1910-1915), juga dokumen dari Vereeniging Ambonsch Studiefonds (1914-1921) serta sejumlah koleksi foto.
Dokter Maluku Willem Karel (Wim dari Empie) Tehupeiory lahir pada tahun 1883 di Ema pulau Ambon Hindia Belanda. Setelah menamatkan sekolah umum, bersama kakak laki-lakinya Johannes Everhardus (Nannie) pergi ke Batavia untuk sekolah di STOVIA. Keduanya lulus pada tahun 1902. Perlu diketahui Stovia memang dalam proses yang secara resmi terbentuk pada tahun 1902. Setelah itu Wim Tehupeiory yang masih berumur 19 tahun bekerja sebagai dokter pribumi di sebuah penjara di Medan. Kemudian di perkebunan Deli guna memberikan pelayanan kesehatan bagi buruh kebun orang Jawa dan Cina. Pada tahun 1907 kakak beradik Tehupeiory ini bersama saudara perempuannya Leentje Jacomina yang belajar ilmu farmasi berangkat ke Belanda guna melanjutkan studinya di Universitas Amsterdam. Tahun 1908 rampunglah sudah pendidikan mereka dan diizinkan menyandang gelar Arts. Beberapa saat setelah lulus, tiba-tiba Johannes Everhardus meninggal secara mendadak dalam umur 26 tahun pada sebah kejadian fatal yang tidak diperkirakan.
Dalam karirnya sebagai Arts asal Indonesia, Wim Tehupeiory memberikan kursus bagi dokter-dokter pribumi yang dibayar murah di Belanda dalam lembaga Indisch Genootschap in Leiden yang juga merupakan gerakan politik etis saat itu dipimpin oleh C. Th. van Deventer dan J. H. Abendanon. Saat bersekolah di Belanda sempat pula dibangunnya perkumpulan dokter pribumi di Belanda . Pada bulan Juli tahun 1909 Wim menikah dengan Anna Ommering seorang wanita Belanda yang dikaruniai 2 anak , Pada tahun yang sama saat kembali ke Indonesia, Wim mendirikan lembaga beasiswa Ambon (Ambonsch Studiefonds) yang maksudnya guna mendukung beaya bagi pendidikan orang Indonesia di negeri Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Wim bekerja di pulau Bangka pada perusahaan pertambangan timah (1910-1916). Pada bulan Juli 1916 keluarga Wim kembali ke Belanda. Dan saat itu dia menjadi anggota dari lembaga budaya perkumpulan MUDATO guna meningkatkan minat masyarakat Ambon dalam pendidikan. Perlu diketahui pula dalam kongres pendidikan kolonial di Den Haag pada tahun 1919 disetujui akan berdirinya Universitas di Hindia Belanda termasuk berdirinya fakultas Kedokteran sebagai perkembangan STOVIA. Pada tahun 1922 karena kesulitan keuangan Tehupeiory harus kembali ke Indonesia tanpa ikut sertanya keluarganya. Dalam situasi ini dia bekerja sebagai dokter di kapal cargo bernama SS Rondo, yang bertugas mengangkut jamaah haji ke Mekah melalui pelabuhan Jedah. Setelah berhenti, dia melakukan praktek umum di Batavia . Disampin kegiatan tersebut sempat pula dirinya aktif dalam organisasi nasional Sarekat Ambon dan tentu saja dalam lembaga beasiswa bagi orang Maluku. Selain itu dia juga anggota komisi supervise sekolahnya terdahulu yaitu STOVIA. Pada tahun 1928, Wim merupakan salah seorang pendiri Perhimpunan Politik Maluku (Molukus Politiek Verbond). Seorang yang memilik pribadi menarik dokter Willem Karel (Wim) Tehupeiory meninggal dunia setelah Indonesia Merdeka di Jakarta pada tahun 1946 dengan tenang. (diterjemahkan bebas dari bahan internet padahttp://www.iisg.nl/collections/tehupeiory/).....Foto: Wim dengan keluarga di Batavia...

Thursday, March 7, 2013

Rumah Proklamasi Pegangsaan Timur 56 Jakarta harus segera dibangun kembali.

Pembangunan kembali Rumah Proklamasi seyogyanya tidak ditunda lagi. Hal ini sebuah methode yang pasti agar persatuan bisa diwujudkan. Bangsa Indonesia lupa asal usulnya, padahal itu semua jelas dalam sejarah. Yang telah terjadi adalah "Proses Lupa sejarah"......Marilah bergabung dengan "Komite Pembangunan Kembali Rumah Proklamasi"......Hadidjojo Nitimihardjo

Walter Spies Seniman Jerman yang Gay

Walter Spies (lahir di Moskwa, 15 September 1895 – meninggal di Samudera Hindia, 19 Januari 1942 pada umur 46 tahun) merupakan pelukis, perupa, dan juga pemusik. Ia adalah tokoh di belakang modernisasi seni di Jawa dan Bali. Spies lahir sebagai anak seorang peniaga kaya Jerman yang telah lama menetap di Moskwa. Semenjak muda ia telah menggemari seni musik, seni lukis, dan seni rupa. Ia mengenal Rachmaninov dan mengagumi Gauguin. Selepas Perang Dunia I, Spies sempat tinggal beberapa lama di Jerman (di Berlin) dan berteman dengan sutradara ternama masa itu, Friedrich Murnau. Kelak, Murnau-lah yang banyak membantu Spies secara finansial di perantauan. Di Jerman ia sudah cukup ternama karena lukisan-lukisannya, namun ia merasa tidak kerasan karena sebagai homoseksual ia selalu dicari-cari polisi. Pada tahun 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di Yogyakarta. Dia dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. Spies-lah yang pertama kali memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga sekarang. Setelah kontraknya selesai, ia lalu pindah ke Ubud, Bali, pada tahun 1927. Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah perlindungan raja Ubud masa itu, Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. Ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari ia juga bekerja sama dengan seniman setempat, Limbak, memoles sendratari yang sekarang sangat populer di Bali, Kecak. Sering kali dikatakan bahwa ia adalah orang yang pertama kali menarik perhatian tokoh-tokoh kesenian Eropa terhadap Bali. Ia memiliki jaringan perkenalan yang luas dan mencakup orang-orang ternama di Eropa. Sejumlah temannya banyak diundangnya ke Bali untuk melihat sendiri pulau kebanggaannya itu. Di bulan Desember 1938 Spies sempat dipenjara karena dituduh homoseksual. Ia baru dibebaskan karena bantuan beberapa temannya, di antaranya Margaret Mead, pada September 1939. Perang Dunia Kedua membawanya pada nasib buruk. Sebagai orang Jerman, ia ditangkap pemerintah Hindia Belanda. Ia meninggal 19 Januari 1942 karena tenggelam bersama-sama dengan kapal 'Van Imhoff' yang ditumpanginya. Kapal dengan 477 tawanan dan 110 awak kapal itu tidak mempunyai ciri-ciri yang khas yang menandai bahwa kapal itu kapal yang membawa tahanan perang, sehingga diserang oleh armada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di perairan barat Sumatera Utara. Kapal yang seharusnya berlayar ke Srilanka itu mengangkut orang-orang Jerman yang diusir dari Hindia Belanda akibat serangan Jerman ke Belanda. Foto: capture dari film Walter Spies dengan seorang pemuda Bali sedang bercengkarama berenang

Sunday, February 24, 2013

Konferensi Malino

Dalam kerangka SEAC (South East Asia command) setelah Perang Dunia II, sekutu menyerahkan kembali wilayah Indonesia timur kepada Belanda pada tanggal 15 Juli 1946. Dengan demikian pemerintah Belanda dalam hal ini organisasi Netherlands Indie Civil Administration (NICA) mendapatkan kembali wilayah Indonesia timur secara de jure dan de facto. Segera setelah penyerahan ini, pemerintahan NICA dipimpin oleh Letnan Gubernur Jendral Van Mook menyelenggarakan Konferensi Malino pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 [1] di Kota kecil Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost) dengan tujuan membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Dalam konferensi yang dipimpin Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Mook tersebut dibentuk Komisariat Umum Pemerintah (Algemeene Regeerings commissaris) untuk Kalimantan dan Timur Besar yang dikepalai Dr. W. Hoven. Diangkat pula menjadi anggota luar biasa Dewan Kepala-kepala Departemen (Raad van Departement shooden) untuk urusan kenegaraan adalah Sukawati (Bali), Najamuddin (Sulawesi Selatan), Dengah (Minahasa), Tahya (Maluku Selatan), Dr. Liem Tjae Le (Bangka, Belitung, Riau), Ibrahim Sedar (Kalimantan Selatan) dan Oeray Saleh (Kalimantan Barat), yang disebut pula "Komisi Tujuh". Peraturan pembentukan negara-negara bagian diputuskan dalam konferensi berikutnya di Denpasar, Bali. Sebelum itu akan dilangsungkan konferensi dengan wakil golongan minoritas di Pangkal Pinang, Pulau Bangka. Foto: Konferensi Malino. Sumber: Wikipedia

Monday, January 21, 2013

TERBENTUKNYA PERADABAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA


Mendeskripsikan kehidupan manusia di masa lampau adalah dengan menganalisis serangkaian peninggalan sejarahnya agar supaya kita  mengetahui apa definisi dan benluk peninggalan sejarah itu. Dari peninggalan sejarah itulah, kita bisa merekonstruksi beragam peristiwa yang terjadi pada masa lampau untuk dijadikan cerita sejarah. Begitu pula saat kita hendak meneliti dan menulis kehidupan manusia dan masyarakat awal yang ada di Kepulauan Indonesia. Melalui bantuan ilmu Arkeologi kita bisa mengungkap misteri kehidupan manusia di masa lampau. Serangkaian penemuan fosil, baik menyangkut manusia maupun hasil budayanya, bisa kita jadikan tahap awal untuk meneliti seperti apa wujud kehidupan mereka itu.
Penemuan fosil itu memang bisa dijadikan pintu pembuka untuk mengungkap misteri kehidupan manusia yang telah terselimuti kabut selama ratusan ribu tahun itu. Namun, itu belum bisa menjamin bahwa rekonstruksi yang kita lakukan itu sesuai dengan faktanya. Karena, sebuah fosil bisa dianalisis dan diinterpretasi menjadi beragam cerita sesuai dengan visi, kepentingan, dan kejujuran para penelitinya. Inilah yang sering menimbulkan polemik di antara para ilmuwan, seperti dalam kasus asal usul manusia modern. Apakah manusia itu berasal dari Afrika lalu menyebar ke berbagai tempat di dunia atau muncul di berbagai tempat secara sendiri-sendiri. Sebagai bagian dari masyarakat ilmiah, kita mesti kritis di dalam menyikapi temuan-temuan itu. Pembelajaran berikut ini akan mendeskripsikan teori-teori asal usul manusia di Indonesia, dilanjutkan dengan menganalisis perkembangan kehidupan serta kebudayaan manusia dan masyarakat awal di Indonesia
A.   Asal Usul dan Persebaran Manusia
1. "Hawa Mitokondria" dan "Adam Kromosom Y" Asal Mula Manusia Modern
Selama berpuluh-puluh tahun petunjuk satu-satunya dalam penelitian persebaran manusia purba adalah fosil-fosil dan artefak-artefak yang ditinggalkan dalam pengembaraan mereka. Penelusuran asal usul manusia seperti mendapatkan darah baru, setelah penerapan teknologi genetika dengan menggunakan DNA mitokondria (mtDNA) untuk mencari tahu hubungan kekerabatan antarpopulasi. Terobosan itu membuka pintu gerbang menuju pengungkapan cikal-bakal manusia modern atas dasar persamaan genetik.
Setiap tetes darah manusia berisi buku sejarah yang ditulis dalam bahasa genetika. Kode-kode genetika manusia atau genom, adalah 99,9 persen identik di seluruh dunia. Selebihnya ialah DNA yang bertanggungjawab terhadap perbedaan individual, seperti warna mata, resiko penyakit, dan beberapa DNA yang tidak begitu jelas fungsinya.
Suatu ketika dalam perubahan genetika yang langka, mutasi acak dan tidak berbahaya dapat terjadi dalam salah satu DNA yang tak berfungsi tersebut, yang kemudian diwariskan ke semua keturunan orang itu. Namun, mutasi-mutasi yang memberikan petunjuk tetap terlindungi. Salah satunya adalah DNA mitokondria (mtDNA), yang diteruskan utuh dari ibu ke anak. Demikian juga sebagian besar kromoson Y, yang menentukan laki-laki, berpindah utuh dari ayah ke anak laki-laki.
Berdasarkan penelitian mtDNA dari berbagai populasi, para ilmuwan menyimpulkan, bahwa manusia modern sekarang ini semua merupakan satu keturunan dari satu nenek moyang ("Hawa" mitokondria). Hawa mitokondria segera bergabung dengan "Adam kromosom Y". Semua umat manusia terkait dengan Hawa mitokondria melalui rantai para ibu yang tak terpatahkan.
Oleh karena itu, DNA Mitokondria dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah asal usul dan persebaran manusia dari sisi ibu (maternal). Orang-orang di dari berbagai belahan dunia memiliki garis keturunan berbeda, tetapi mereka mtDNA dan kromoson Y purba yang setara. Untuk mempelajari persebaran manusia purba/ penelitian DNA mitokondria ini menggunakan sumber genetik yang dapat bertahan dalam waktu lama, yaitu tulang-belulang yang sudah menjadi fosil.
Kesimpulan itu membuka cakrawala baru bahwa manusia modern bukanlah keturunan dari manusia purba semacam Homo Sapiens yang hidup 500.000 tahun lalu, atau bahkan, spesies yang lebih tua seperti Homo Habilis (2,5-1,6 juta tahun lalu), Homo Ergaster(1/8-1,4 juta tahun lalu), dan Homo Erectus (1,5 juta tahun lalu).


2. Folimorfisme
Polimorfisme adalah sifat keragaman sel yang disebabkan oleh adanya sejumlah mutasi yang terjadi secara alamiah dan tidak membawa akibat buruk yang memunculkan variasi individu-individu yang khas. Sifat keberagaman gen (polimorfisme) ini juga dapat digunakan dalam rangka penelusuran asal usul manusia dan hubungan kekerabatan antara berbagai ras dan suku, dan untuk membedakan ras yang satu dengan yang lain. Rangkaian informasi genetik yang terkandung dalam DNA mitokondria dapat juga menggambarkan karakteristik suatu populasi.
Oleh karena, itu jauh-dekatnya kekerabatan suatu kelompok suku bangsa dapat dilihat dari persamaan variasi dari suku bangsa tersebut. Semakin besar jumlah variasi yang memisahkan dua kelompok etnik, semakin jauh jarak kekerabatan antara kedua kelompok tersebut. Sebaliknya jika ada dua orang yang mtDNA-nya persis sama, maka kekerabatan di antara keduanya sangat dekat, mungkin satu ibu, satu nenek, atau satu nenek moyang.
3. Daerah Asal Manusia
Pada pertengahan tahun 1980-an Allan Wilson dan rekan-rekan di University of California, Barkeley, menggunakan mtDNA untuk mengidentifikasikan tempat asal nenek moyang umat manusia. Mereka membandingkan mtDNA dari wanita-wanita di seluruh dunia dan menemukan bahwa wanita-wanita keturunan Afrika menunjukkan keanekaragaman dua kali lebih banyak daripada kaum wanita lain.
Max Ingman, doktor genetik asal Amerika Serikat mengungkapkan hal senada dengan pendapat bahwa manusia modern berasal dari salah satu tempat di Afrika antara kurun waktu 100 - 200 ribu tahun lalu. Dari situ moyang manusia masa kini itu lantas menyebar dan mendiami tempat-tempat di luar Afrika. Gen manusia modern ini tidak bercampur dengan gen spesies manusia purba.
Sekitar 50.000 hingga 70.000 tahun silam, satu gelombang kecil manusia yang mungkin hanya berjumlah seribu orang dari Afrika menuju pantai-pantai Asia bagian Barat. Ada dua jalur tersedia menuju Asia. Pertama mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara lewat Levant. Namun, jalur yang satunya juga mengundang untuk dijelajahi, yaitu melintasi Laut Merah. Pada saat itu (70.000 tahun yang lalu) bumi memasuki zaman es terakhir dan permukaan laut menjadi lebih rendah karena air tertahan dalam gletser. Pada bagian tersempit di muara Laut Merah hanya berjarak beberapa kilometer. Dengan menggunakan perahu primitif, manusia modern dapat menyeberangi laut untuk pertama kalinya.
Setelah berada di Asia, bukti genetis memperkirakan populasi terpecah. Satu kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sementara kelompok lain menyusuri pantai sekitar Semenanjung Arab, India dan wilayah Asia yang lebih jauh. Setiap generasi mungkin bergerak hanya beberapa kilometer lebih jauh.
Para pengembara telah mencapai Australia Barat Daya 45.000 tahun lalu. Hal ini terbukti dengan penemuan fosil seorang pria di Lake Mungo. Fosil-fosil lain yang belum terungkap di dalam tanah mungkin berusia lebih tua yaitn sekitar 50.000 tahun yang lalu. Hal ini menjadi bukti paling awal manusia modern yang berada jauh dari Afrika.
Tidak ada jejak fisik berupa fosil orang-orang ini sepanjang sekitar 13.000 kilometer dari Afrika ke Australia. Semua mungkin sudah lenyap saat air laut naik sesudah zaman es. Namun jejak genetika berlangsung terus. Beberapa kelompok pribumi pada kepulauan Andaman dekat Myanmar, Malaysia dan Papua Nugini, serta orang Aborigin di Australia memiliki tanda garis keturunan mitokondria purba.
B.  Asal Usul dan Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia
Kehidupan manusia di mana pun dia berada, tidak pernah terlepas dari alam yang melingkunginya. Interaksi antara manusia dengan alam itulah yang bisa mendorong lahirnya kebudayaan. Oleh karena itu, cara paling baik untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa-masa awal, bisa dimulai dengan menganalisis struktur dan umur bumi. Dan hal ini bisa diawali dengan meneliti fosil yang ditemukan. Dari situlah, kita bisa mengetahui seperti apa wujud manusia, kapan dia hidup, berapa umurnya, dan bagaimana bentuk kebudayaannya.
Untuk bisa mengetahui bagaimana karakteristik bumi dari zaman ke zaman itu, kita perlu bantuan ilmu geologi dan geografi. Menurut ilmu geologi, bumi itu dibagi menjadi beberapa zaman.

1. Zaman Arkhaicum atau Zaman Tertua
Periode mi terjadi kira-kira beberapa puluh juta tahun Sebelum Masehi. Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun yang lalu. Pada masa ini, belum ada binatang-binatang yang bertulang, yang hidup hanyalah binatang-binatang rendah.
2.  Zaman Palaeozoicum atau Zaman Pertama
Periode ini terjadi kira-kira 340  juta tahun Sebelum Masehi. Hidup pada masa ini ikan dan binatang yang hidup di darat maupun di air.
3. Zaman Mesozoicum atau Zaman Kedua
Periode ini terjadi kira-kira 140  juta tahun Sebelum Masehi. Pada masa ini telah hidup binatang reptil yang besar, ikan-ikan yang besar, dan beberapa binatang yang menyusui.
4. Zaman Neozoicum
Zaman ini terbagi lagi menjadi beberapa zaman, yaitu:
a. Zaman Ketiga
Periode ini terjadi kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Pada periode ini, sudah banyak ditemukan binatang menyusui. Bahkan pada akhir zaman ini sudah, ada beberapa kera seperti manusia, misalnya gorila, orang utan, dan se-bagainya.
b. Zaman Keempat
Periode ini terjadi kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Manusia dipastikan telah ada pada masa ini. Zaman ini terbagi menjadi dua periode, yaitu Diluvium atan zaman es dan Alluviumyaitu zaman yang kita alami sekarang, yang terdiri atas diluvium tua, tengah, dan muda. Dalam ilmu Geologi, zaman diluvium disebut juga zaman pleistosenatau zaman glasial atau zaman es. Sedangkan zaman alluvium disebut juga zaman Holosendi mana mulai hidup Homo sapiens.

Kepulauan Indonesia sendiri pada zaman pleistosen yaitu saat manusia telah hidup dan berkembang, masih bersatu dengan daratan Asia Tenggara. Coba kamu amati peta Asia Tenggara pada zaman pleistosen. Karena air yang ada di Kutub Utara dan Selatan membeku hingga sampai ke lintang 60°, maka permukaan air laut turun sampai 70 meter dari keadaan sekarang. Salah satu akibatnya adalah wilayah Indonesia bagian barat bersatu dengan daratan atau kontinen Asia dan wilayah Indonesia bagian timur bersatu dengan Benua Australia. Kamu tentu bisa menghubungkan fenomena ini dengan kemiripan flora dan fauna yang ada di kedua bagian Indonesia itu, dengan yang ada di kedua benua tersebut. Kebanyakan binatang yang ada di Indonesia bagian barat mempunyai kesamaan dengan yang ada di daratan Asia, sementara yang berada di kawasan Indonesia Timur mempunyai kemiripan dengan binatang yang ada di Benua Australia. Mungkinkah fenomena itu juga bisa digunakan untuk merunut asal usul manusianya?
C. Beragam Teori  Muncul dan Berkembangnya Manusia
Kamu telah mengetahui pada zaman apa manusia ada di muka bumi. Pertanyaan mendasar yang mengemuka adalah pada periode apakah manusia itu muncul dan berkembang serta dari manakah asal usulnya? Permasalahan inilah yang hingga saat ini menjadi kontroversi dan perdebatan di antara para ilmuwan. Berikut ini kita deskripsikan beberapa teori dan pendapat para ilmuwan yang berkaitan dengan asal-usul serta perkembangan manusia.
a. Kalangan Evolusionis
Tokoh-tokoh pemikir Yunani Kuno seperti Empodocles, Anaximander, dan Aristoteles berpendapat bahwa baik tumbuhan maupun hewan itu mengalami evolusi dan dari tubuh binatang tertentu berevolusi menjadi manusia. Mereka mengatakan bahwa binatang yang satu berasal dari binatang yang lain.
b. Ernest Haeckel (1834-1919)
Ilmuwan biologi dari Jerman ini berpendapat bahwa asal usul kehidupan yang pertama berasal dari zat putih telur yang liat dan cair. Akibat pengaruh dari luar maka terciptalah bakteri, amuba, binatang berongga, ikan, amfibi, reptil, dan binatang yang menyusui anak. Binatang-binatang itn saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Pada zaman tersier (ketiga) dari binatang menyusui itu berkembang dan muncullah manusia. Haeckel berkesimpulan, bahwa nenek . moyang manusia itu berasal dari bangsa kera atau monyet dalam tingkatan yang teratur.
c. Charles Robert Darwin (1809-1882)
Darwin adalah ilmuwan Inggris yang kemudian dikenal sebagai tokoh evolusi itu, memaparkan teorinya menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Teori Descendensi atau Turunan
Dalam bukunya yang berjudul The Descen of Man (1871), Darwin berkata bahwa manusia lebih dekat dengan kera besar di Afrika (gorila dan simpanse). Teori lainnya menyebutkan bahwa makhluk yang lebih tinggi itu berasal dari makhluk yang lebih rendah. Akhirnya, semua makhluk hidup bisa di-kembalikan kepada beberapa bentuk asal.
2) Teori Natural Selection atau Seleksi Alam
Teori ini mencoba member! keterangan tentang terjadinya tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang menyesuaikan diri kepada alam sekitarnya. Darwinisme adalah sebuah teori yang mengatakan bahwa semua barang-barang yang hidup dapat maju perlahan-lahan naik ke atas. Keyakinan Darwin bahwa manusia itu berasal dari hewan, telah memicu perdebatan antarilmuwan dan kontroversi bahkan hingga kini. Dalam kerangka teori Darwin itu pulalah, berbagai penemuan fosil manusia purba yang ada di Indonesia senantiasa dikaitkan.
Asal usul kehidupan awal manusia dan masyarakat di Indonesia dengan beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melacak asal usul kehidupan manusia dan masyarakat awal di Indonesia.
a. Berdasarkan Rumpun Kebahasaan
Menurut penelitian, penduduk di wilayah Indonesia (selain orang Irian dan Halmahera) mempunyai banyak persamaan dalam hal ras, kebudayaan, serta bahasa. Dengan menggunakan hukum-hukiim suara, kita bisa menemukan adanya rumpun kebahasaan.
"Bahasa menunjukkan bangsa, tiada bahasa hilanglah bangsa," kata Muhammad Yamin. Nah, ketika kita mempelajari bahasa Indonesia, kita mengenal adanya rumpun bahasa yang meliputi kawasan Asia Tenggara yang . disebut rumpun bahasa Austria. Rumpun bahasa ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu bahasa Austro-Asia yaitu bahasa-bahasa di India (Mundha) dan Mon Khmer di India Belakang, serta bahasa Austronesia yang meliputi bahasa Indonesia, Melanesia, Micronesia, dan Polinesia.
Menurut Dr. H. Th. Fischer dalam bukunya Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia, bila ditinjau dari fisiknya maka penduduk asli Indonesia terdiri atas tiga golongan. Pertama, golongan Negritodengan ciri-ciri berkniit hitam, ranibul keriling, tubuhnya kecil dan tingginya rata-rata 1,5 m. Profil semacam ini terdapat pada orang Tapiro di Irian. Kedua, golongan Weddoid dengan ciri khas rambut berombak tegang, lengkung alis menjorok ke depan, dan kulitnya agak cokelat. Profil semacam ini terdapat pada bangsa Senoi di Malaka, Sakai di Siak, Knbn di Palembang, dan Tomnna di Sulawesi. Ketiga, golongan Melayudengan ciri tubuh lebih tinggi dan ramping, wajahnya bundar, hidung pesek serta berambut hitam. Golongan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu Proto-Melayudan Deutero-Melayu. Von Eichstedt menamakannya sebagai Palaeo-Mongolid.Profil Proto-Melayu terdapat pada suku bangsa Mentawai, Toraja, dan Dayak. Kelompok ini disebut juga Melayu Tua. Profil Deutero-Melayu terdapat pada suku bangsa Sunda, Jawa, Minangkabau, Bali, dan Makassar. Kelompok ini disebut juga kelompok Melayu Muda.
1. Bangsa Melayu Berasal dari Utara yaitu Asia Tengah
Ada beberapa ilmuwan yang mengatakan bahwa bangsa Melayu berasal dari daratan Asia bagian tengah. Sekilas akan kita deskripsikan siapa tokoh dan teorinya dalam deskripsi berikut ini:
a)      Berdasarkan penelitian terhadap kapak tua (beliung batu) yang ada di sekitar hulu Sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salween, Yangtze, dan Hwang, mempunyai kemiripan dengan yang ada di Indonesia, la berkesimpulan bahwa kapak tua itu dibawa oleh orang Asia Tengah ke Kepulauan Indonesia (R.H. Geldern)
b)      Setelah meneliti beberapa perkataan yang digunakan sehari-hari terutama mengenai nama-nama tumbuh-tumbuhan, hewan, dan nama perahu, terdapat persamaan bahasa baik di Indonesia, Madagaskar, Filipina, Taiwan, dan Kepulauan Pasifik. Kesimpulannya: bahasa Melayu itu berasal dari satu induk yang ada di Asia (J.H.C. Kern).
c)      Kesimpulan penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa Melayu dan bahasa Polinesia (yang digunakan beberapa pulau di Kepulauan Pasifik) ternyata serumpun. Sementara itu, E. Aymonier dan A. Cabaton menemukan bahwa bahasa Campa serumpun dengan bahasa Polinesia, di mana keduanya merupakan warisan dari bahasa Melayu Kontinental (W. Marsden).
d)      Antara bahasa Melayu dan bahasa Polinesia terdapat kesamaan pembentukan kata. Kedua bahasa itu berasal dari bahasa yang lebih tua yang disebut Melayu Polinesia Purba. Sementara itu, A.H. Keane menemukan bahwa struktur bahasa Melayu serupa dengan bahasa di Kampuchea (J.R. Foster).
e)      Ada kesamaan adat kebiasaan antara suku bangsa Naga di Assam (daerah Burma dan Tibet) dengan suku bangsa Melayu. Persamaan adat itu juga berkait erat dengan bahasanya. Dari situ tentu bahasa Melayu berasal dari Asia. Pendapat Logan didukung oleh G.K. Nieman dan R.M. Clark serta Slamet Muljana dan Asmah Haji Omar. Maka Slamet Muljana berkesimpulan bahwa bahasa Austronesia (termasuk di dalamnya bahasa Melayu) berasal dari Asia. Sedangkan Asmah Haji Omar menguraikan bahwa perpindahan orang Melayu dari daratan Asia ke Indonesia tidak sekaligus. Ada yang melalui daratan yaitu tanah semenanjung melalui Lautan Hindia, ada pula yang melalui Laut Cina Selatan (J.R. Logam).

Secara ringkas, perpindahan orang Melayu dari Asia Tengah dapat dijelaskan dengan merunut latar belakang asal usul orang Negrito, Proto-Melayu, dan Deutero-Melayu. Sebelum kedatangan bangsa Melayu, Kepulauan Indonesia dihuni oleh penduduk asli yang disebut sebagai orang Negrito. Mereka hidup kira-kira sejak tahun 8000 Sebelum Masehi, tinggal di dalam gua dengan mata pencaharian berburu binatang. Alat yang mereka gunakan terbuat dari batu dan zaman ini disebut sebagai zaman batu pertengahan. Profil orang ini ditemukan pada bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal orang Negrito, Sakai, dan Semai yang hidup pada zaman paleolit dan mesolit.
Gelombang pertama kedatangan orang-orang Asia Tengah diperkirakan pada tahun 2500 Sebelum Masehi. Mereka disebut sebagai Proto-Melayu. Peradabannya lebih maju apabila dibandingkan dengan orang Negrito, karena mereka telah pandai membuat alat bercocok tanam, barang pecah belah, dan perhiasan. Kelompok ini hidup berpindah-pindah dan hidup pada zaman neolitik atau zaman batu baru. Gelombang kedua terjadi pada tahun 1500 Sebelum Masehi terdiri atas orang Deutero-Melayu. Peradabannya lebih maju lagi apabila dibandingkan dengan orang Proto-Melayu. Mereka telah mengenal kebudayaan logam karena menggunakan alat perburuan dan pertanian yang terbuat dari besi. Selain itu,, mereka telah menetap di suatu tempat, mendirikan kampung, bermasyarakat, dan menganut animisme. Mereka hidup di zaman logam di sekitar pantai Kepulauan Indonesia. Kedatangan Deutero-Melayu ini mendesak Proto-Melayu, hingga mereka pindah ke pedalaman.
2.  Bangsa Melayu Berasal dari Nusantara
Ada beberapa ilmuwan yang mendukung teori ini. Beberapa di antaranya bisa diperhatikan pada deskripsi di bawah ini.
a)     Setelah membuat perbandingan bahasa-bahasa di Sumatra, Jawa, Kalimantan, serta kawasan Polinesia, ia berkesimpulan bahwa asal bahasa yang ada di Kepulauan Indonesia berasal dari bahasa Jawa di Jawa dan bahasa Melayu di Sumatra. Kedua bahasa itu merupakan induk bahasa-bahasa di Indonesia. Alasan yang ia kemukakan adalah bahwa bangsa Jawa dan bangsa Melayu telah mencapai peradaban yang tinggi pada abad XIX. Hal ini bisa dicapai, karena selama berabad-abad kedua bangsa itu telah mempunyai kebudayaan yang maju. Kesimpulannya: orang Melayu tidak berasal dari rnana-mana, tetapi merupakan induk yang menyebar ke tempat lain. Sedang bahasa Jawa adalah bahasa tertua yang menjadi induk dari bahasa-bahasa yang lain (J. Crawfurd).
b)    Bangsa-bangsa berkulit cokelat yang hidup di Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Filipina adalah bangsa Melayu yang berasal dari rumpun bahasa yang satu. Bahkan mereka bukan saja sama kulitnya, tetapi bentuk dan anggota badannya sama dan membedakannya dari bangsa Cina di sebelah timurnya atau bangsa India di sebelah baratnya (Sutan Takdir Alisyabana).
c)     Dengan teori leksikostatistik dan teori migrasi ia meneliti asal usul bangsa dan bahasa Melayu. Kesimpulannya: tanah air dan nenek moyang bangsa Austronesia haruslah daerah Indonesia dan Filipina yang dahulunya merupakan kesatuan geografis (Gorys Keraf).
d)    Pada saat es mencair pada zaman kuarter (satu juta tahun hingga 500.000 yang lalu), air menggenangi daratan-daratan yang rendah. Daratan tinggi membentuk pulau dan memisah daratan-daratan rendah. Saat inilah Semenanjung Malaka berpisah dengan daratan lain dan membentuk Kepulauan Indonesia. Dampaknya adalah tiga kelompok Homo sapiens yaitu orang Negrito di sekitar Irian dan Melanesia, orang Kaukasus di Indonesia Timur, Sulawesi dan Filipina, serta orang Mongoloid di utara dan barat lautAsia, berpisah satu dengan yang lain (Pendapat lainnya).
Dari deskripsi di atas, kita bisa merekonstruksi kehadiran suatu bangsa dengan merunut penggunaan bahasanya. Perkembangan suatu bahasa memang bisa meliputi suatu kawasan yang sangat luas dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Dari studi kebahasaan ini, kita bisa mengetahui dari mana sebuah bahasa berasal dan ke arah mana bahasa itu berkembang. Dari sinilah kila bisa mengetahui bangsa yang menjadi pemakai bahasa tersebut.
b. Berdasar Temuan Arkeologis
Sungguh beruntung kita hidup di wilayah Indonesia. Berbagai tempat di negara kita ternyata termasuk dalam wilayah "dunia lama" yang menjadi salah satu situs tempat ditemukannya manusia-manusia purba. Dari berbagai penemuan fosil di beberapa tempat, kita bisa sedikit menguak bagaimana kehidupan manusia pada masa-masa awal peradaban. Setidaknya ada tiga fosil yang bisa dijadikan pembuka tabir kehidupan manusia di masa lampau.
Pada tahnn 1898 seorang dokter Belanda, Engene Dubois menemukan sekelompok fosil di Lembah Sungai Bengawan Solo (di Desa Kedung Brubus dan Trinil), yang terdiri atas tengkorak atas, rahang bawah, dan sebuah tulang paha. Isi otak makhink itu lebih besar apabila dibandingkan dengan jenis kera, namun jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan isi otak mannsia. (Perbandingan isi otaknya adalah 800 cc:
1.500 cc). Gigi pada fosil itu menunjukkan sifat manusia, sedang tulang pahanya menunjukkan ia bisa berdiri tegak. Fosil ini kemudian ia namai dengan Pithecanthropus erectus atau manusia kera yang berjalan tegak. Dubois meyakininya sebagai nenek moyang manusia zaman sekarang. Benarkah teori Dubois tersebut?
Fenomena kehidupan manusia Indonesia di masa lampau semakin terkuak, setelah sekitar dua puluh fosil berhasil ditemukan di berbagai daerah antara tahun 1931-1934. Ahli geologi dari Jerman yang bernama G.H.R. von Koenigswald menemukan empat betas fosil Pithecanthropusyang terdiri atas dua betas tengkorak dan dua tibia (tulang kering) di Desa Ngandong di sekitar Lembah Bengawan Solo. Semua fosil yang ditemukan pada lapisan pleistosen tengah itu kemudian diteliti secara mendalam oleh ahli palaeoantropologi kita yaitu Teuku Jacob. Dalam disertasi berjudul Some Problems Pertaining to the Racial History of the Indonesian Region yang ia pertahankan di Universitas Utrecht tahun 1967, fosil yang semula disebut Homo soloensis itu kemudian ia sebut Pithecanthropus soloensis. Diduga umurnya antara 800.000 hingga 200.000 tahun. Pada tahun 1938 ditemukan fosil di Desa Perning (Mojokerto) dan Trinil (Surakarta) yang   diperkirakan   berumur 2.000.000 tahun dan diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis.
Von Koenigswald kembali me­nemukan fosil di Sangiran pada tahun 1941 yang terdiri atas bagian rahang bawah (mirip rahang manu­sia) dengan ukuran yang sangat besar bahkan melebihi ukuran gorila jantan. jantan. Dari situ kemudian diberi nama Meganthropus palaeojavanicusatau* Manusia Besar dari Jawa zaman kuno (mega=besar, anthropus=manusia). Penemuan berikutnya terjadi di Desa Sangiran (lima fosil) dan Sambungmacan, Sragen serta berbagai tempat lainnya hingga semua fosil berjumlah 41 buah.
Lalu, teori apa yang kita dapat setelah menganalisis serangkaian penemuan fosil-fosil tersebut? Teuku Jacob berpendapat bahwa makhluk pithecanthropus itu belum berbudaya. Alasannya sebagai berikut. (1) Suatu fakta bahwa tidak pernah ditemukan adanya peralatan di sekitar penemuan fosil, yang menunjukkan bahwa makhluk itu sudah berbudaya. (2)  Volume otak Pithecanthropusmasih terlampau kecil bila dibandingkan dengan makhluk manusia sekarang. Volume otak bisa diperkirakan dari kapasitas rongga tengkoraknya. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa volume otak Pithecanthropus erectussekitar 800 cc, Pithecanthropus soloensis (1.000 cc), sedang manusia sekarang rata-rata 1.500 cc. Dengan demikian, sulit dipercaya bahwa makhluk itu telah mempunyai akal. (3) Rongga mulut tengkorak Pithecanthropusmenunjukkan bahwa makhluk itu belum bisa menggunakan bahasa. Dengan keterbatasan akal dan ketiadaan bahasa, sulit bagi makhluk ini untuk secara sadar membuat pola-pola kehidupan yang teratur. Akal dan bahasa memang merupakan kunci berkembangnya sebuah kebudayaan. Berkat adanya evolusi dan adaptasi terhadap lingkungan alamnya, tentu makhluk ini juga berkembang pula keahlian serta kebudayaannya.
Namun, terlepas dari perdebatan dan kontroversi yang menyertai penemuan fosil-fosil itu, adasatu hal yang disepakati oleh para ahli palaeoantropologi yaitu bahwa Pithecanthropus(termasuk di dalamnya Meganthropus palaeojavanicus) dianggap sebagai makhluk pendahuluan manusia di kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara. Mereka hidup 2.000.000 hingga 200.000 tahun yang lalu, terdiri atas kelompok-kelompok berburu kecil beranggotakan 10 sampai 12 individu. Rata-rata setiap individu berumur 20 tahun, sehingga Pithecanthropus yang berusia 10 tahun telah merupakan makhluk dewasa. Maka, menjadi tidak mengherankan apabila di berbagai tempat di Indonesia ditemukan kelompok-kelompok fosil dari makhluk purba. Hanya saja, meskipun mereka mungkin telah menggunakan beberapa alat untuk membantu keterbatasan kemampuan organismenya, namun mereka belum dianggap sepenuhnya sebagai makhluk manusia yang berbudaya.
Itulah deskripsi singkat tentang beberapa teori yang berkaitan dengan asal usul manusia di Indonesia. Tentu masih banyak lagi teori-teori yang lain yang diungkapkan oleh sejumlah ilmuwan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Antara lain kamu bisa mencarinya di situs-situs yang ada di internet atau melalui beragam pustaka. Misalnya pada situs http://www.harunyahya.com,di sini kamu bisa mengikuti perdebatan seputar penemuan-penemuan manusia dari beberapa ilmuwan. Dengan mengikuti perdebatan itu tentu kamu akan bertambah kritis, luas wawasan dan tidak ketinggalan zaman dalam mengikuti perkembangan mutakhir seputar teori-teori mengenai penemuan manusia.

D. Perkembangan Manusia Purba di Indonesia
1.  Kondisi Alam Indonesia
Konon pada zaman es, wilayah kita terbagi menjadi dua bagian. Wilayah barat yang disebut Paparan Sunda menjadi satu dengan Asia Tenggara kontinental. Paparan ini meliputi Jawa, Kalimantan, serta Sumatra dan menjadi satu dengan daratan Asia Tenggara, sehingga merupakan wilayah yang luas. Wilayah timur yang disebut Paparan Sahul menjadi satu dengan Benua Australia. Wilayah yang terletak di antara Paparan Sunda dan Sahul itu meliputi Kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Kawasan ini kelak, oleh Wallaceadisebut penyaring bagi fauna (bahkan manusia) di kedua daratan. Karenanya, tipe fauna di kedua daratan cenderung berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan dukungan iklim serta suhu yang baik, evolusi tumbuhan dan hewan (termasuk Primates) bisa berlangsung.
Pada masa itu, manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai daerah dengan mobilitas yang cukup tinggi. Jalur Indonesia-kontinen Asia bisa mereka tempuh melalui rute darat, begitu pula dengan Indonesia-Australia. Peralatan batu yang ditemukan di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara serta di Filipina, mungkin bisa digunakan untuk merunut kehidupan Pithecanthropusyang tinggal di kawasan ini. Kemudahan komunikasi itu memungkinkan mereka untuk mengadakan migrasi ke dalam dua arah yang berlawanan.
Perubahan mulai terjadi pada daratan dan kehidupan manusia, saat es mulai mencair. Karena air laut menjadi lebih tinggi dan menutupi bagian-bagian rendah dari kedua paparan, maka membentuk pulau-pulau baru yang saling terpisah. Dampaknya adalah kelompok-kelompok manusia itu menjadi tercerai-berai dan hidup di dalam pulau-pulau yang saling berlainan.
Fenomena alam itu tidak hanya sekali terjadi, sehingga memungkinkan faktor-faktor evolusi seperti seleksi alam, arus gen, dan efek perintis untuk bekerja. Hasilnya adalah populasi baru yang mungkin sekali berbeda dengan induknya. Mungkin karena faktor hibridisasi yaitu pembauran gen atau perjodohan antara dua golongan makhluk hidup. Mungkin pula karena pigminasi yaitu proses pengerdilan individu sebagai akibat adanya seleksi alam dan terbatasnya bahan makanan untuk populasi yang semakin bertambah. Proses inilah yang antara lain mengakibatkan mengapa manusia purba yang ditmukan di kawasan Sangiran berbeda dengan yang ditemukan di Flores pada tahun 2004.
Nah, dengan latar belakang sejarah seperti itulah muncul kehidupan manusia di bumi Indonesia. Lalu, seperti apa jenis manusia purba yang ada di Indonesia dan sampai pada tahap apakah kebudayaan mereka? Pembelajaran berikut ini akan memandumu dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan perkembangan manusia purba di Indonesia.
2. Jenis Manusia Purba di Indonesia
Seperti telah kamu ketahui, bahwa manusia purba itu mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda bila di-bandingkan dengan manusia zaman sekarang. Tengkorak manusia purba cenderung lebih kecil namun memanjang, rahangnya tebal namun tidak berdagu serta tidak mempunyai dahi. Perbandingan semacam ini bisa kita peroleh setelah kita menganalisis serangkaian penemuan fosil, baik yang berupa tengkorak maupun tulang-tulang anggota badan lainnya.
Begitu pula saat kita nanti mendeskripsikan hasil-hasil budayanya. Data-data tentang hasil budayanya itu bisa kita peroleh setelah kita menganalisis fosil yang berwujud beragam bentuk peralatan yang diduga pernah mereka gunakan. Lalu, untuk menentukan usia fosil itu kita harus menganalisis lapisan bumi di ' mana fosil itu ditemukan, tentu dengan bantuan ilmu Geologi. Dengan cara inilah, kita sekarang bisa mengklasifikasi jenis dan budaya manusia purba di Indonesia.
Penemuan manusia purba di Indonesia terjadi pada akhir abad XIX. Bermula dari dugaan Eugene Dubois bahwa manusia purba, monyet, dan kera itu biasanya hidup di daerah tropis, karena iklimnya tidak banyak mengalami perubahan. Ada tiga dasar teori yang digunakan Dubois sebagai acuan. Teori pertama, bahwa pencarian missink link dalam evolusi manusia berasal dari daerah tropik. Alasannya, berkurangnya rambut pada tubuh manusia purba hanya bisa terjadi pada daerah tropika yang hangat. Teori kedua, Dubois mencatat bahwa dalam dunia binatang, umumnya mereka tinggal di daerah geografis yang sama dengan asal nenek moyangnya. Dari segi biologi, hewan yang paling mirip dengan manusia adalah kera besar. Oleh karena itu, Dubois menduga bahwa nenek moyang kera besar mempunyai hubungan kekerabatan (kinship) dengan manusia. Teori ketiga, Dubois percaya bahwa Asia Tenggara merupakan asal usul manusia. Alasannya, di sana ada orang utan dan siamang.
Penelitian pun dilakukan oleh sejumlah peneliti luar negeri di berbagai tempat. Secara umum penelitian itu terbagi menjadi tiga tahap yaitu periode 1889-1909, periode 1931-1941, serta periode 1952 sampai sekarang. Dunia ilmu pengetahuan (terutama Palaeoantropologi dan ilmu Hayat) menjadi gempar saat tahun 1889 Dubois berhasil menemukan sejumlah fosil atap tengkorak di Wajak, Tulungagung, Kediri, yang kemudian diikuti dengan penemuan-penemuan lain di Kedungbrubus dan Trinil. Fosil itu disebut dengan Pithecanthropus erectus.
Namun sayangnya, sebagian besar fosil tersebut kini tersimpan di Leiden, Belanda. Fosil lain berhasil ditemukan oleh ter Haar, Oppenoorth, dan von Koenigswald di Ngandong, Blora, antara tahun 1931-1933, berupa tengkorak dan tulang kering yang disebut Pithecanthropus soloensis.Pada tahun 1936-1941, von Koenigswald kembali berhasil menemukan fosil rahang dan gigi yang bemkuran besar serta tengkorak manusia purba di Sangiran, yang kemudian disebut Meganthropuspalaeojavanicus. Selanjutnya, penelitian pascakemerdeka-an banyak melibatkan ahli-ahli Indonesia, terutama di kawasan Sangiran. Berikut ini adalah jenis manusia purba di Indonesia.
a.  Meganthropus atau Manusia Raksasa
Meganthropus berasal dari kata megayang berarti besar dan anthropus yang berarti manusia. Memang, apabila fosil makhluk itu kamu amati, pasti kamu akan terperangah: besar rahang bawahnya melebihi rahang gorila laki-laki. Fosilnya yang terdiri atas rahang bawah, ra­hang atas,''serta gigi-gigi lepas di­temukan oleh von Koenigswald di Pucangan tahun 1936-1941, dalam lapisan bumi pleistosen tua. Fosil ini kemudian disebut Meganthro­pus Paleojavanicus atau manusia besar dari Jawa zaman kuno.
Selanjutnya, rahang bawah yang lain ditemukan oleh Marks di Kabuh tahun 1952. Namun, sejauh ini di kalangan ilmuwan nasih merasa kesulitan untuk menempatkan Meganthropus di dalam evolusi manusia. Apakah tergolong Pithecanthropus, Homo, atau Australopithecusl.Pakar palaeoan-tropologi kita, Prof. Dr. Teuku Jacob, berpendapat bahwa Meganthropusme-rupakan bentuk khusus (yang lebih besar) dari Pithecanthropus. Alasan teorinya adalah ia berevolusi dengan cara adaptif, akibat pengaruh lingkung-an alam'pada masa tertentu. Mungkin, seandainya rahang bawah itu di­temukan bersama-sama dengan rahang atas dan tengkoraknya, misteri kehidupan Meganthropusbaru bisa terbuka.
b.  Pithecanthropus atau Manusia Kera
Pithecanthropus berasal dari kata pithekosyang berarti kera dan anthropus yang berarti manusia. Kebanyakan fosil jenis inilah yang berhasil ditemukan di Indonesia. Mereka hidup pada zaman pleistosen awal, tengah, dan akhir. Makhluk ini mempunyai ciri-ciri tinggi badannya 165-180 cm, tubuh dan badannya tegap, gerahamnya masih besar, rahangnya kuat, tonjolan kening tebal (melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis), tonjolan - belakang kepalanya nyata, belum berdagu, serta berhidung lebar. Volume otaknya berkisar antara 750 sampai 1.300 cc.
Makhluk jenis Pithecanthropusjuga ditemukan di kawasan yang lain. Di Cina Selatan ditemukan Pithecanthropus lautianensis dan di Cina Utara disebut Pithecanthropus Pekinensis.Mereka hidup 800.000 hingga 500.000 tahun yang lampau. Makhluk sejenis juga ditemukan di Tanzania, Kenya, dan Aljazair di Afrika, serta di Eropa seperti di Jerman Barat, Jerman Timur, Prancis, Yunani, dan Hongaria. Namun, kebanyakan ditemukan di Indonesia. Ada beberapa jenis manusia purba yang tergolong ke dalam Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut.
1)  Pithecanthropus Mojokertensis ( Manusia Kera dari Mojokerto)
Jenis ini diduga merupakan manusia purba tertua yang ada di Indonesia dan di­temukan tahun 1936 di Pucangan serta Mojokerto, berupa tengkorak anak-anak berusia 6 tahun. Isi otaknya berkisar 650 cc. Fosil ini ke-mudian disebut Pithecan­thropus mojokertensis atau Pithecanthropus robustus (robustus artinya besar). Dari hasil penelitian, bisa di-simpulkan bahwa makhluk ini hidup pada 2,5 sampai 1,25 juta tahun yang lampau. Makhluk ini mempunyai spesifikasi: berbadan tegap, tonjolan keningnya tebal, tulang pipinya kuat, dan mu-kanya menonjol ke depan. Makhluk ini hidup bersama-an dengan Meganthropus, namun sulit menghubung-kan evolusi keduanya.
2)  Pithecanthropus Erectus (Manusia Kera yang Berjalan Tegak)
Jenis ini merupakan generasi kedua manusia purba di Indonesia. Yang fenomenal dari jenis ini adalah selain fosilnya ditemukan paling awal, juga memiliki wilayah penyebaran yang cukup luas. Fosil jenis ini terdiri atas atap tengkorak, tulang paha, serta beberapa fragmen tulang paha yang ditemukan di Trinil tahun 1891. Fosil ini merupakan kepunyaan laki-laki dengan isi otak kira-kira 900 cc. Dari penelitian terhadap tengkoraknya, Dubois member! nama Pithecanthropus atau manusia kera dan dari tulang pahanya ia member! nama erectus atau berjalan tegak. Tidak kurang dari 23 jenis fosil berhasil ditemukan di berbagai daerah di kawasan Sangiran. Maka, tidak aneh bila fakta dan cerita tentang kehidupan Pithecanthropus lebih banyak kita peroleh dibandingkan dengan manusia purba dari jenis yang lain. Misalnya, makhluk ini hidup sekitar sejuta hingga setengah juta tahun yang lalu, mempunyai tinggi badan 160-180 cm dengan berat badan 80 sampai 100kg.                                             
 Yang membedakan Pithecanthropus erectus dengan Pithecanthropus  Mojokertensis adalah besar isi tengkorak, tebal atap tengkorak, bentuk tonjolan belakang kepala dan tonjolan kening, serta daerah telinga. Dari fosi1 Pithecanthropus orectus yang berhasil ditemukan, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Diduga jenis perempuannya banyak yang meninggal saat kehamilan dan persalinan.
3).  Pithecanthropus Soloensis (Manusia Kera dari Solo)
Nama Pithecanthropus soloensis diberikan oleh ilmuwan kita Prof. Dr. Teuku Jacob setelah meneliti 14 jenis fosi1 dari Desa Ngandong di Lembah Bengawan Solo sebelah utara Trinil. Jenis ini merupakan generasi ketiga manusia purba di Indonesia. Dari penemuan fosil yang ada di Sangiran dan Sambungmacan, makhluk ini mempnnyai ciri khas: volume otak 1.000 sampai 1.300 cc, tengkoraknya lonjong, tebal dan masif, tonjolan keningnya cukup nyata, dahinya lebih terisi, serta tengkoraknya lebih tinggi dibanding kedua manusia terdahulu. Tanda-tanda yang lain adalah akar hidungnya lebar dan rongga matanya sangat panjang, tinggi badannya 165 sampai 180 cm, serta tulang keringnya tegap. Dari identifikasi ini bisa disimpulkan bahwa meskipun letak kepalanya di atas tulang belakang, namun belum seperti letak kepala manusia saat ini.
Pithecanthropus soloensis yang hidup kira-kira 900.000 hingga 300.000 tahun yang lalu itu, secara evolutif lebih dekat dengan Pithe­canthropus Mojokertensis dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Para ilmuwan menduga bahwa kedua makhluk itu memang mem-punyai kaitan dalam hal evolusi. Yang membedakannya dengan ke­dua manusia purba terdahulu adalah besarnya tengkorak, tonjol­an kening, dan tonjolan belakang kepala, daerah telinga dan daerah hidung. Hanya saja, volume otaknya semakin bertambah, demikian pula otak kecilnya. Kamu tentu mengetahui apa dampak yang muncul di balik berkembangnya volume otak ini. Dengan otak yang semakin berkembang itu, Pithecanthropus Soloensis mulai menemukan dan mempunyai cara hidup yang baru. Perubahan inilah yang menyebabkan berkembangnya kebudayaan manusia-manusia purba di Indonesia. Oleh karena itu, ada beberapa ahli yang mengelompokkan Pithecanthropus Soloensis ini ke dalam kelompok Homo Neandertalensis. Bahkan, ada pula yang memasukkan-nya ke dalam kelompok Homo Sapiens. Namun, sejauh ini para ilmuwan belum mencapai kesepakatan.
4) Homo ( Manusia)
Jenis Homo ini mulai mendekati dengan bentuk manusia. Hidup pada zaman pleistosen muda. Sementara itu, dari serangkaian fosi1 yang ditemukan diduga mereka hidup 200.000 tahun yang lalu. Selain banyak jumlahnya dan ditemukan di berbagai tempat, fosilnya tidak hanya berupa tengkorak melainkan juga berupa kerangka yang lengkap. Ada beberapa jenis manusia purba dari kelompok Homo ini, antara lain sebagai berikut.
a).  Homo Neandertalensis (Manusia dan Lembah Neander)
Fosil makhluk ini ditemukan tahun 1856 di Lembah Sungai Neander dekat Kota Dusseldorf, Jerman. Fosil sejenis juga ditemukan di Francis, Belgia, Jerman, Italia, Yugoslavia, serta berbagai negara di Eropa. Di Palestina, fosil itu ditemukan di Gua Tabun dekat Mount Carmel, sehingga disebut HomoPalestinensis. Semula, makhluk ini hanya dianggap sebagai evolusi manusia yang kandas. Namun, setelah penemuan Homo neandertalensis, para ilmuwan sepakat bahwa makhluk ini merupakan nenek moyang salah satu ras manusia.
Yang cukup mengagumkan dari pe­nemuan fosil-fosil ini adalah ditemukan-nya beragam peralatan batu dan sisa-sisa kebudayaan lama di dekat lokasi fosil. Hal itu menunjukkan, bahwa tingkat kehidupan mereka sudah akrab dengan kebudayaan. Bahkan, di Eropa sering ditemukan bekas-bekas api di sekitar penemuan fosil, yang diduga sebagai solusi atas dinginnya iklim di daerah Glasial. Dari penelitian terhadap peralatan yang berhasil ditemukan menunjukkan bahwa mereka sudah berburu. Peralatan batu selain digunakan untuk senjata juga digunakan untuk memotong.
b).  Homo Sapiens (Manusia Sekarang)
Generasi pertama dari manusia sekarang mula-mula hidup pada lapisan pleistosen muda atau zaman glasial terakhir (sekitar 80.000 tahun yang lampau). Mulai saat itu, tidak ditemukan lagi makhluk-makhluk dari dua jenis terdahulu. Karena sejak zaman holosen, fosil manusia yang berhasil ditemukan menunjukkan perbedaan empat ras pokok yang saat itu ada di muka bumi. Keempatnya sebagai berikut.
(1) Ras Australoid yang kini sisa-sisanya bisa kamu temukan di pedalaman Benua Australia. Fosil manusia dari jenis ini ditemukan oleh Rietschoten tahun 1889 di Desa Wajak Kab. Tulungagung Jawa Timur, di Lem­bah Sungai Brantas dalam lapisan pleistosen muda. Fosil ini berupa tengkorak, fragmen rahang bawah, dan beberapa buah ruas leher. Pada tahun berikutnya ditemukan pula fragmen tulang tengkorak, rahang atas dan bawah serta tulang paha dan tulang kering. Dari hasil penelitian terhadap fosil itu diperoleh beberapa kesimpulan. Tengkorak manusia ini tergolong besar dengan volume otak 1.630 cc, mukanya datar dan lebar. Akar hidungnya lebar, dahinya agak miring, di atas rongga mata ada busur kening yang nyata. Tinggi manusia itu kira-kira 173 cm diteliti dari tulang pahanya. Manusia yang kerrtudian disebut Homo Wajakensis itu diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lampau, tersebar di Paparan Sunda dan sebagian Indonesia Timur.
Prof. Dr. Teuku Jacob mengajukan sebuah teori, bahwa di daerah Papua (Irian Jaya), telah berkembang suatu ras khusus dari ras Wajak dan menjadi nenek moyang penduduk asli Australia sekarang. Salah satu kemungkinan mengapa terjadi arus migrasi dari Irian ke Australia adalah, masih utuhnya daratan di kedua bagian bumi itu. Laut saat itu belum terbentuk, sehingga mobilitas manusia bisa merambah ke wilayah yang luas. Nah, dari sinilah kita bisa merunut mengapa ras Wajak mampu menyebar hirigga ke Irian. Bahkan, menurut Teuku Jacob, dari ras Wajak ini pulalah berkembang menjadi penduduk Irian dan Melanesia.
(2) Ras Mongoloid adalah ras yang paling besar jumlahnya dan luas wilayah penyebarannya, bahkan hingga saat ini. Fosil manusia dari jenis ini ditemukan di Gua Chou-Kou-Tien (sebelah barat Beijing) Tiongkok antara tahun 1927 dan 1937. Fosil yang berhasil ditemukan itu membuktikan bahwa manusia ini memiliki kemiripan dengan Pithecanthropus yang ada di Indonesia. Fosil ini kemudian diberi nama Pithecanthropus pekinensis.Dari hasil penelitian terhadap fosilnya, diperoleh data bahwa ternyata tengkoraknya lebih besar bila dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus,dengan volume otak kira-kira 900 hingga 1.000 cc. Berarti volume otaknya telah mendekati volume otak manusia sekarang. Apalagi di sekitar penemuan fosilnya ditemukan serangkaian peralatan yang menunjukkannya telah memiliki kebudayaan. Bermula dari manusia inilah, kemudian berkembang menjadi beragam ras Mongoloid di Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Utara, Asia Timur Laut, bahkan hingga Benua Amerika Utara dan Selatan. Mereka diperkirakan hidup antara 40.000 hingga 30.000 tahun yang lampau. Kamu kini tentu bisa merunut, bangsa-bangsa mana sajakah yang nenek moyangnya berasal dari Pithecanthropus Pekinensisini.
(3) Ras Kaukasoid yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa di Eropa, Afrika bagian utara Gurun Sahara, Asia Barat Daya, Australia serta Benua Amerika Utara dan Selatan. Fosil manusia yang berhasil ditemukan di Desa Les Eyzies, Dordogne di Prancis, diperkirakan berasal dari 60.000 tahun yang lampau. Fosil manusia yang menjadi nenek moyang penduduk Eropa sekarang itu kemudian disebut Homo Sapiens Cromagnonensis. Fosil yang ditemukan itu mempunyai bentuk yang indah, tinggi, dan besar, mukanya selaras dengan bentuk dahinya. Sisa-sisa manusia ini bisa dijumpai pada bangsa Kabyl di Afrika Utara.
(4) Homo Sapiens yang mula-mula menunjukkan ciri-ciri ras Negroid, ditemukan di Asselar sebelah timur laut Timbuktu (di tengah-tengah Gurun Sahara). Fosil manusia ini oleh para ahli palaeoantropologi  diberi nama Homo Sapiens Asselar, diperkirakan hidup 14.000 tahun yang lampau.Ras Negroid ini dianggap oleh para peneliti manusia purba sebagai ras manusia yang paling muda
Dari keempat jenis nenek moyang ras itulah, manusia berevolusi dan berkembang biak menjadi besar serta beragam sifatnya. Masing-masing ras mempunyai spesifikasi dan membentuk satuan sosial sendiri-sendiri.